Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
THE TRUE PERSONAL BRANDING
Ruang Remaja
"Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda.
Jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataanmu,
dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu,
dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."
1 Timotius 4:12 (TB)
Kisah Sadie Robertson Huff: Pengaruh Positif di Dunia Sosial Media
Sadie Robertson Huff dikenal sebagai bintang reality show Duck Dynasty sejak remaja. Namun alih-alih mengejar popularitas duniawi, Sadie memilih untuk menggunakan pengaruhnya untuk menyuarakan iman dan nilai-nilai kekristenan.
Sejak usia muda, Sadie menghadapi tekanan besar dari dunia hiburan dan media sosial: tuntutan untuk tampil sempurna, menjaga citra, dan godaan gaya hidup glamor. Tapi ia memutuskan untuk tetap setia pada panggilannya—menginspirasi anak muda untuk hidup dalam kebenaran, kasih, dan kekudusan.
Sadie menulis buku best-seller Live Original, di mana ia menceritakan pergumulannya dengan rasa tidak aman, kecemasan, dan pencarian identitas. Ia juga membagikan bagaimana Tuhan membentuknya menjadi pribadi yang lebih kuat, berani, dan bersyukur. Melalui podcast, media sosial, dan konferensi remaja, Sadie terus mendorong generasi muda untuk hidup otentik dalam Kristus—bukan palsu untuk dunia.
Relevansi dengan Alkitab: Jadilah Teladan Muda
Ayat dari 1 Timotius 4:12 mengingatkan kita bahwa usia bukan penghalang untuk hidup berdampak. Sadie menjadi contoh nyata bagaimana anak muda bisa berdampak luas tanpa kompromi, bahkan di tengah sorotan dunia modern yang penuh tekanan. Ia bukan pendeta, bukan misionaris di pelosok, tapi seorang wanita muda yang taat—dan itu sudah cukup untuk Tuhan pakai besar-besaran.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kita bisa tetap terlihat “keren” dan relevan tanpa harus meninggalkan iman kita. Di tengah dunia yang penuh dengan standar palsu dan tekanan untuk tampil sempurna, justru keaslian dalam Kristus menjadi kekuatan yang paling berharga. Suara anak muda sangat penting—baik itu di TikTok, Instagram, maupun dalam percakapan sehari-hari—karena dari sanalah pesan kasih dan kebenaran bisa menjangkau banyak orang. Tuhan tidak menunggu seseorang menjadi dewasa dulu untuk dipakai-Nya; bahkan remaja pun bisa membawa dampak besar jika mau hidup taat dan bersandar pada-Nya. (MA)
“You were made on purpose for a purpose.”
Sadie Robertson Huff
Sudut Pandang
“Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang,
bahwa penyembah-penyembah benar
akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran;
sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian."
Yohanes 4:23(TB)
Satu pertanyaan mendasar yang sering muncul di benak para pelayan Tuhan saat mereka melayani di gereja, khususnya dalam bidang musik: "Apakah aku seorang penyembah atau hanya seorang penghibur?"Pertanyaan ini sangat penting karena inti dari pelayanan kita bukanlah tentang menjadi luar biasa di atas panggung. Sebaliknya, inti dari pelayanan kita adalah hubungan kita dengan Tuhan dan cara kita membawa jemaat kita untuk masuk dalam hadirat-Nya.
Penyembah adalah orang-orang yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Tidak peduli apakah kita bermain alat musik, menyanyi, atau bahkan hanya berdiri diam di atas panggung, kita melakukan apa pun untuk menunjukkan cinta dan penghormatan kepada Tuhan. Penyembah menyadari bahwa penyembahan sejati adalah tanggapan hati terhadap kasih Tuhan, bukan sekadar tindakan yang dapat diamati atau dinilai oleh manusia. Alkitab menunjukkan bahwa Tuhan menginginkan penyembah yang mencurahkan hati dan hidupnya kepada-Nya daripada mereka yang hanya mengabdikan diri pada penampilan luar yang indah.
Sebaliknya, performer lebih sering berkonsentrasi pada aspek estetika dan teknis dari pelayanan. Performer biasanya mempertimbangkan apakah penampilannya akan diterima oleh penonton, apakah suaranya bagus, atau apakah permainan musiknya sempurna. Sebenarnya, berkembang dalam kemampuan musik dan vokal adalah hal yang bagus, bahkan penting. Tetapi akan menjadi masalah, ketika tindakan tersebut lebih ditujukan untuk mendapatkan pengakuan manusia daripada memuliakan Tuhan. Pelayanan musik di gereja dapat berubah menjadi ajang pencarian validasi diri tanpa kita sadari. Performer dapat menjadi kecewa dan mempertanyakan nilai pelayanannya jika mereka tidak menerima pujian.
Sebenarnya, motivasi hati membedakan worshipper dan performer. Worshipper melayani dengan fokus kepada Tuhan, sehingga setiap nada dan kata yang mereka nyanyikan adalah hasil dari hubungan pribadi mereka dengan-Nya. Performer, di sisi lain, seringkali menggunakan panggung gereja sebagai tempat untuk menunjukkan kemampuan mereka sendiri, sehingga yang menjadi pusat perhatian bukanlah Tuhan, melainkan diri mereka sendiri.
Sangat penting untuk diingat bahwa Tuhan tidak pernah mencari pelayanan yang secara teknis sempurna. Dia tidak terkesan dengan tingginya nada yang kita capai atau kemampuan kita memainkan alat musik. Tuhan hanya mencari hati yang benar-benar ingin menyembah-Nya. Seorang hamba Tuhan pernah berkata, "Penyembahan sejati terjadi ketika kita hilang, dan semua yang tinggal adalah Tuhan."
Sebagai pelayan Tuhan, kita dipanggil untuk menjadi penyembah yang membawa jemaat ke hadirat-Nya, bukan performer yang hanya ingin menghibur orang lain. Tuhan layak menerima segala penghormatan dan kemuliaan, dan pelayanan kita harus menjadi alat untuk mengarahkan hati jemaat kepada-Nya. Meskipun kita harus berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik dari diri kita, hati kita harus tetap terpaku pada tujuan utama, yaitu membuat Tuhan senang.
Fokus penyembahan adalah Tuhan, bukan kita. Sepatutnya kita terus mendorong hati kita untuk melayani. Tidak masalah apakah kita menyanyi dengan suara yang merdu atau tidak sempurna, selama hati kita tertuju kepada Dia. Pada akhirnya, apa yang Tuhan cari adalah hati yang tulus dan kerinduan untuk menyembah-Nya. (BA).
"Worship is no longer worship when it reflects the culture
around us more than the Christ within us."
A.W. Tozer(TB)
Ruang Kesaksian
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."
Roma 8:28(TB)
Pada kesempatan ini saya Iyos Kristianto, ingin bersaksi bagaimana pertolongan Tuhan itu nyata dalam hidup saya. Dia Tuhan yang menyembuhkan dengan cara-Nya yang ajaib.
Pada 13 Desember 2002, sepulang dari melayani ibadah Natal youth pada salah satu Rayon di Jakarta, saya pulang mengendarai sepeda motor ke daerah Bekasi. Dalam keadaan lelah dan mengantuk, tetap saya pacu motor untuk mengejar waktu agar tidak kemalaman karena besok paginya saya harus pelayanan dan bangun pagi.
Alhasil beberapa saat kemudian saya tertidur di motor, pada saat itulah secara tidak sadar motor saya melintas ke jalur yang berlawanan arah, saya menabrak truk besar pengangkut tanah. Lutut saya menghantam bumper truk dengan keras dan saya pun terpental.
Lutut kanan saya pecah menjadi 3 bagian. Melihat apa yang terjadi, saya lemas dan menyesal serta marah kepada diri sendiri. Saya merasa bodoh sekali, kenapa bisa sampai tertidur di motor. Saya langsung dibawa ke rumah sakit di daerah Kota.
Dan 3 hari kemudian tindakan operasi pun dilakukan, yaitu pemasangan pen di tempurung. Puji Tuhan, semua operasi berjalan lancar, serta Tuhan sediakan segala biayanya. Saya harus istirahat total untuk pemulihan dan terapi jalan selama 3 bulan.
Puji Tuhan saya dapat berjalan normal dan melayani serta bekerja kembali. Akan tetapi, setelah 20 tahun berjalan dari operasi pemasangan pen itu, saya belum melepas pen pada tempurung saya. Karena saya berpikir, repot kalau harus operasi lagi dan diperlukan waktu, juga dibutuhkan banyak biaya.
Namun tahun 2018, saya baru menyadari di lutut kanan samping tempurung muncul benjolan kecil yang semakin lama semakin membesar, sampai sebesar bola golf. Benjolan ini sangat mengganggu, serta menarik urat atau saraf-saraf betis paha kaki saya.
Selama 4 tahun berjalan, saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengambil tindakan agar benjolan itu kempes, selain hanya berdoa dan berharap kepada Tuhan. Kondisi ini membuat saya malu. Benjolan terlihat menonjol dan terlihat semakin matang, mengkilap. Ingin rasanya saya segera menghilangkan benjolan ini.
Sampai pada suatu hari, saya melihat worship healing dari program Pdt.Welyar Kauntu, di mana beliau juga menggembalakan salah satu cabang di CK 1 dan saya juga melayani di sana.
Malam itu melalui youtube saya mengikuti worship healing. Saat Pdt. Welyar Kauntu selesai membagikan Firman Tuhan, beliau mengajak pemirsa berdoa. Saya pegang benjolan di dengkul saya. Saya kaget sekali ketika Pdt. Welyar berkata: "Saya melihat ada seorang bapak memegang lututnya untuk kesembuhan." Saya sampai berkata, "Apa itu saya Tuhan?" Di hati saya Tuhan berkata, "Ya, itu kamu! percayakah kamu?" Saya menjawab: "Ya Tuhan, saya percaya." Setelah itu Pdt. Welyar berdoa dan saya aminkan. Selesai acara itu, saya ceritakan ke istri dan anak apa yang Tuhan sudah perbuat.
Memang benjolan tidak langsung kempes atau hilang. Namun seminggu kemudian, ketika saya naik motor dalam keadaan pelan tidak kencang, tidak ada angin, tidak ada yang menyenggol motor saya. Tetapi tiba-tiba saya terjatuh dan benjolan saya itulah yang pertama kali menghantam ke aspal. Saat itu saya merasa sakit yang luar biasa, benjolan tidak pecah, tidak berdarah atau lecet tetapi terasa cenat cenut, ngilu, memar juga bengkak.
Tetapi itulah caranya Tuhan melakukan mujizat. Setelah 3 hari berlalu, saat pagi hari saya turun tangga dan kaki saya terasa ringan tidak seperti biasanya. Tidak terasa sakit saat berjalan. Saya diam sesaat dan Tuhan berkata: "Kamu lihat lututmu sekarang." Dan apa yang saya lihat? Haleluyah, Puji Tuhan! Benjolan itu kempes, hilang tanpa operasi dan Tuhan sendiri yang mengoperasi langsung.
Melihat hal ini saya hanya bisa menangis dan bersyukur atas apa yang sudah saya alami. Mujizat Tuhan itu nyata, Tuhan Yesus baik, kuasa-Nya dahsyat. Tuhan Yesus adalah Tuhan yang peduli dan setia. Tetaplah percaya, memuji, menyembah dan selalu mengucap syukur dalam segala hal. Amin.
Penanggung Jawab :
Pdm. Robbyanto Tenggala
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.