"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal."
Yohanes 3:16
Bulan Natal sudah tiba. Sejak awal Desember, pusat perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran, dan pohon Natal raksasa mulai dipajang, dan musik Natal mulai bergema.
Bagi sebagian besar orang di seluruh dunia, ini adalah momen yang dipenuhi dengan dekorasi mewah, 'pesta' diskon besar-besaran, dan banyak pilihan belanja. Segala sesuatunya terlihat sangat meriah. Tapi di balik semua itu, kita patut bertanya-tanya: apakah Natal masih tentang Yesus?
Natal setiap tahun sering kali lebih mirip dengan "festival belanja tahunan" daripada sebuah perayaan rohani. Banyak orang terlena sehingga mereka lupa bahwa Natal adalah peringatan kelahiran Sang Juruselamat. Kemurahan hati dan kasih sayang, nilai utama Natal, tampaknya semakin hilang. Sebagai pengikut Kristus, kita perlu tertantang membangkitkan keinginan untuk kembali ke kemurnian Natal.
Coba pikirkan kembali apa arti Natal sebenarnya. Bukankah Natal adalah peristiwa suci di mana Allah yang Maha Kuasa rela menjadi manusia biasa? Dia datang dengan kesederhanaa;
- dilahirkan di kandang,
- dibaringkan di palungan,
- dibungkus dengan kain lampin
tanpa kemewahan apa pun. Pada saat itu, kasih Allah tampak paling nyata.
Bagaimana kita dapat mempertahankan kemurnian Natal?
Kita dapat memilih cara sederhana untuk melakukannya. Kita dapat, misalnya, memfokuskan perhatian kita pada orang-orang yang kurang beruntung. Natal adalah waktu yang baik untuk menunjukkan kasih secara nyata — bukan dengan memberi sesuatu yang mahal, tetapi dengan waktu, perhatian, dan ketulusan.
Banyak orang yang kesepian, anak-anak yang tidak memiliki perhatian, dan keluarga yang mungkin tidak dapat merayakan Natal. Salah satu cara untuk merayakan Natal dengan benar adalah dengan menyisihkan waktu, tenaga, dan sumber daya untuk membantu mereka. Salah satu cara terbaik untuk menyampaikan pesan Natal adalah dengan melakukan tindakan kasih ini.
Kita juga bisa memilih merayakan Natal dengan cara yang lebih sederhana namun memiliki makna yang besar. Memberikan hadiah dengan menceritakan pengalaman yang mempererat hubungan atau membuat hadiah yang dibuat sendiri lebih menunjukkan nilai-nilai kasih daripada hadiah yang bersifat materialistis.
Mungkin juga kita memiliki kesempatan untuk menyebarkan makna Natal yang sesungguhnya melalui media sosial dan platform online di era digital saat ini. Kita bisa berbagi cerita dan renungan yang mengingatkan orang lain tentang kasih dan pengorbanan Kristus daripada hanya mengikuti tren yang mengutamakan kemeriahan semata. Dengan cara ini, pesan Natal dapat tersebar luas di antara banyaknya produk yang dijual.
Natal bukan hanya perayaan singkat. Natal yang sebenarnya adalah hasil dari hati yang ingin membawa kasih Kristus setiap hari, bukan hanya pada tanggal 25 Desember. Kita merayakan Natal yang sebenarnya ketika kita memilih untuk hidup dalam kasih, pengampunan, dan kerendahan hati sepanjang tahun. Dengan cara ini, Natal tetap suci. Spirit Natal akan membuat kita selalu selalu bertindak penuh kasih, dan setia pada Sang Juruselamat.
Kita masih bisa memaknai dan menikmati Natal dengan benar karena Natal lebih dari sekadar perayaan; itu adalah cara kita menunjukkan kasih Allah yang tak terbatas yang hidup dalam kita sepanjang tahun. (BA).
"The magic of Christmas is not in the present,
but in His presence."
Unknown