Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
PEREMPUAN BERHARGA DI MATA TUHAN
Ruang Remaja

"Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang
dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya."
Roma 13:14 TB
Kisah Emma Watson: Merasa "Bukan Siapa-Siapa" di Balik Ketenaran
Bagi dunia, Emma Watson adalah Hermione Granger, si pintar dari Harry Potter. Ia adalah aktris sukses, model, lulusan universitas Ivy League (Brown University), dan aktivis feminis yang vokal. Sekilas, hidupnya tampak sempurna dan penuh pencapaian.
Namun, di balik semua kesuksesan itu, Emma Watson secara terbuka mengakui bahwa ia sering bergumul dengan apa yang disebut Impostor Syndrome — perasaan internal bahwa ia adalah penipu, bahwa ia tidak pantas mendapatkan kesuksesannya, dan bahwa cepat atau lambat orang lain akan menyadari bahwa ia "tidak cukup baik."
Bayangkan: seseorang yang diakui secara global, tetapi di dalam hatinya ia terus berbisik, "Aku tidak pantas berada di sini." Setiap pencapaian baru, dari lulus kuliah hingga berpidato di PBB, justru memperburuk rasa cemasnya. Ia takut bahwa kesuksesannya hanya karena keberuntungan atau peran yang ia mainkan.
Emma Watson melawan perasaan ini bukan dengan menyangkal perasaannya, melainkan dengan dua cara: fakta dan aksi. Ia memilih untuk fokus pada fakta bahwa ia bekerja keras dan sungguh-sungguh (ia lulus kuliah dengan nilai yang baik) dan terus mengambil aksi nyata untuk hal yang ia yakini (aktivisme). Ia memilih untuk mengenakan identitas yang ia ciptakan melalui kerja kerasnya, bukan identitas palsu yang dibisikkan oleh kecemasannya. Dengan berani mengakui perjuangannya, ia justru menguatkan jutaan orang yang merasa sama.
Relevansi dengan Alkitab: Mengenakan Identitas yang Benar
Kisah Emma Watson tentang melawan rasa palsu sangat relevan dengan ajakan dalam Roma 13:14 — yakni untuk mengenakan Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata dan tidak menuruti keinginan daging (termasuk kekhawatiran dan keraguan diri).
Ketika kita merasa tidak layak, kita sebenarnya sedang menuruti bisikan daging atau dunia yang ingin kita meragukan identitas kita. Iman mengingatkan kita pada fakta yang lebih besar: nilai kita tidak didasarkan pada pencapaian, tetapi pada siapa kita di dalam Kristus.
Mengenakan Kristus berarti kita memilih untuk percaya pada identitas yang diberikan Allah. Bahwa kita cukup layak untuk itu, karena Dia menjadikan kita berharga. Sebaliknya, kita tidak perlu menjadi penipu ketika kita memutuskan untuk mengakui bahwa semua yang kita miliki adalah anugerah. Dengan dasar identitas yang kuat ini, kita bisa mengubah rasa Impostor Syndrome menjadi kerendahan hati yang otentik dan motivasi untuk terus bekerja keras.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
1. Fakta Melawan Fiksi
Ketika rasa Impostor Syndrome datang, lawan dengan fakta: apa yang sudah kamu lakukan, apa yang kamu kuasai. Perasaan tidak selalu mencerminkan realitas.
2. Semua Orang Merasakannya
Ketahuilah bahwa bahkan orang-orang yang paling sukses pun bergumul dengan keraguan diri. Perasaan itu normal; membiarkannya menghentikanmu yang tidak normal.
3. Ganti Fokus dari Diri ke Misi
Ketika kamu terlalu fokus pada apakah kamu cukup baik, kamu akan cemas. Alihkan fokus pada apa yang perlu kamu lakukan untuk melayani orang lain (seperti Watson dengan aktivismenya). Pelayanan adalah penawar terbaik untuk ego.
4. Identitas Sejati Jauh Lebih Kuat
Ingatlah bahwa nilaimu tidak berkurang ketika kamu membuat kesalahan, dan tidak bertambah ketika kamu sukses. Kamu berharga karena kamu adalah ciptaan Allah.
Sebagai remaja, jangan biarkan suara kecil di kepalamu membuatmu meragukan nilai besarmu. Kamu telah ditempatkan di tempatmu sekarang untuk suatu alasan. Kenakan identitas yang benar, dan beranilah beraksi. (MA)
"The truth is, I feel like an imposter every day.
The trick is to not let that feeling paralyze you."
Emma Watson
Sudut Pandang

Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu yang lalu merilis laporan yang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,04% secara tahun ke tahun (yoy) pada kuartal ketiga tahun 2025 (sumber: https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_2726525.aspx?). Setidaknya angka ini menunjukkan bahwa perekonomian nasional dalam keadaan stabil dan kuat meskipun situasi di seluruh dunia sedang tidak pasti. Indonesia justru mampu mempertahankan pertumbuhan bahkan ketika ekonomi global masih melambat karena ketegangan geopolitik, perubahan harga komoditas dunia, dan dampak ekonomi digital terhadap perubahan iklim.
Pertumbuhannya jelas merupakan berita yang menenangkan. Ada indikator bahwa aktivitas industri dan perdagangan, serta belanja konsumen, pulih dengan kuat. Tetapi orang Kristen perlu memikirkan masalah moral dan rohani yang ditimbulkan oleh data ini: bagaimana kekristenan dalam memandang pertumbuhan ekonomi? Apakah peningkatan ini benar-benar berarti semua orang lebih baik, atau hanya baik untuk beberapa kelompok orang?
Dari sudut pandang kekristenan, kemajuan ekonomi seharusnya tidak hanya dianggap sebagai kemakmuran materi semata. Ada orang, keluarga, dan juga komunitas yang hidup di balik setiap angka. Alkitab mengatakan bahwa semua kekayaan materi sebenarnya adalah karunia dari Tuhan yang harus kita gunakan dengan benar. Mazmur 24:1 berkata, "
TUHAN-lah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya."
Ini mengingatkan kita bahwa ekonomi bukan hanya urusan manusia; itu juga perintah ilahi untuk mengelola ciptaan dalam tanggung jawab.
Di sisi lain, kita harus bekerja untuk keadilan sosial dan kekayaan bersama seiring pertumbuhan ekonomi. Suatu kali, nabi Amos memberi tahu orang-orang Israel bahwa mereka hanya memikirkan diri sendiri dan tidak membantu orang miskin. Pesan ini tetap relevan di masa sekarang, karena kita bisa melihat bahwa masih banyak kesenjangan ekonomi di banyak tempat. Gereja dipanggil untuk menyuarakan suara kenabian. Ini berarti bahwa pertumbuhan tidak hanya harus disyukuri, tetapi juga harus memastikan bahwa pertumbuhan tersebut berdampak positif bagi mereka yang lemah dan tertindas.
Hal ini juga sangat penting untuk dipikirkan oleh generasi muda, terutama Gen Z dan Alpha. Mereka hidup di era digital yang penuh dengan peluang dan masalah, seperti pasar kerja yang berubah dengan cepat, ketidakpastian ekonomi, dan tekanan persaingan untuk berprestasi. Berbicara tentang pertumbuhan ekonomi dalam kelompok kecil atau persekutuan mungkin bisa melatih kita menjadi sadar sosial dan memiliki iman.
Pertanyaan seperti "Apakah pertumbuhan ekonomi ini benar-benar memengaruhi hidup saya dan orang-orang di sekitar saya?" dapat menciptakan peluang bagi orang untuk berbagi pengalaman dan belajar memahami orang lain.
Juga, gereja dan masyarakat Kristen dapat membantu kaum muda melihat ekonomi sebagai cara untuk melayani orang lain. Bukan hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga menjadi pengelola berkat yang membawa perubahan. Ketika iman, semangat kerja yang kuat, dan rasa tanggung jawab sosial bersatu, pertumbuhan ekonomi bukan lagi sekadar angka; itu adalah bukti nyata cinta Tuhan yang bekerja melalui umat-Nya.
Jadi, kenaikan ekonomi sebesar 5,04% ini bukan hanya hal yang baik bagi negara, tetapi juga merupakan panggilan rohani bagi semua orang percaya untuk menjalani iman yang aktif, adil, peduli, dan membuat perbedaan di dunia yang selalu berubah. (BA).
"Tuhan tidak menentang kekayaan,
tetapi menentang kekayaan
yang tidak digunakan untuk kebaikan."
Billy Graham
Ruang Kesaksian

"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan,
bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu”
Lukas 18:1 TB
Perkenalkan nama saya Glen Rehobot Kim Putra, biasa dipanggil dengan “Glen”. Dalam kesempatan ini saya ingin membagikan kesaksian saya, bagaimana Tuhan telah bekerja dan memakai saya sebagai generasi Yeremia.
Orang tua saya mempunyai perusahaan di bidang event (Event organizer, vendor sound & lighting dan exhibition). Saat saya sudah tamat sekolah, orang tua mempercayai saya untuk memegang salah satu usahanya, yaitu di bagian sound & lighting.
Setelah melewati banyak proses dan pembelajaran, akhirnya usaha saya membuahkan hasil. Sebelumnya saya sudah sering mendapatkan event konser outdoor; bahkan tour keliling pulau jawa.
Di tahun 2023 penyertaan Tuhan dalam kehidupan saya sungguh nyata, Tuhan mempercayai saya untuk mendapatkan salah satu event konser musik yang cukup besar di Senayan (Lapangan Madya). Saya dipercaya untuk menangani seluruh produksi, mulai dari sound, lighting, stage rigging & led screen.
Dengan design yang sudah dikerjakan oleh pihak client, saya mencoba mempelajarinya mulai dari sistem hingga waktu pengerjaannya. Namun yang saya khawatirkan adalah waktu pengerjaannya sangat singkat sekal. Rigging dengan ukuran stage 40 meter dan dengan tinggi 12 meter, estimasi pengerjaan projek itu saja memerlukan waktu sekitar 40 jam.
Namun untuk seluruh produksi (rigging stage, sound, lighting, ales screen) waktu yang diberikan oleh client hanya sekitar 48 jam saja. Secara manusia saya begitu khawatir dan ragu apakah dapat menyelesaikan proyek tersebut dengan tepat waktu. Saya merasa tidak percaya diri, namun saya tetap optimis melakukan yang terbaik.
Saya mulai bawa dalam doa, menyerahkan segala kekhawatiran, mulai belajar percaya apa yang Tuhan ingin lakukan dalam hidup saya melalui event yang Tuhan percayakan. Memang di dalam doa saya selalu minta pekerjaan yang besar, namun saya juga percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan sesuatu di luar kapasitas saya. Tuhan pasti akan memampukan saya. Tuhan menuntun dengan jelas, Tuhan berkata: “puasa Glen“. Saat itu jujur saya bingung; kenapa Tuhan mau saya berpuasa? Namun Tuhan seperti tidak memberi jawaban. Saya terus berdoa setiap harinya.
Sampai akhirnya kurang lebih H minus 1 minggu, saya mendapat jawabannya, yaitu bahwa puasa tersebut sebagai bekal saat nanti ketika saya sedang loading semua produksi yang telah saya sepakati. Di situlah saya baru mengerti bahwa kuasa doa dan puasa sangat besar kuasanya dan mujizat Tuhan akan terjadi. Akhirnya saya mulai taat dan melakukan apa yang Tuhan inginkan.
Dengan doa dan puasa, saya merasakan penyertaan Tuhan sungguh nyata. Pada hari H loading barang tiba, saya datang ke venue tersebut. Sekali lagi dengan jelas Tuhan berkata kepada saya untuk berdoa di tengah lapangan.
Saya mulai taat dan mengikuti tuntunan Tuhan. Saya berdoa kepada Tuhan untuk cuaca, waktu pengerjaan, speed setiap crew. Tuhan Yesus dahsyat, saya menyaksikan mujizat pertama; pengerjaan rigging stage hanya dalam waktu 22 jam yang seharusnya sekitar 40 jam. Saya sungguh terheran-heran dengan pertolongan dan campur tangan Tuhan. Saya mengucap syukur dan percaya bahwa itu adalah buah dari ketaatan saya untuk berpuasa.
Campur tangan Tuhan tdak berhenti di situ saja, satu persatu Tuhan lakukan mujizat sehingga semua produksi yang saya sepakati dengan client selesai dalam waktu 48 jam, Haleluya. Bahkan selama waktu itu cuacanya sangat baik.
Akhirnya waktu yang saya nantikan pun tiba, yaitu tahap finishing. Pada sore harinya cuaca sudah mulai mendung dan akhirnya turun hujan yang cukup deras. Saya langsung berseru kepada Tuhan: “Tuhan sebentar lagi ya Glen selesaiin dulu, jangan hujan dulu ya Tuhan. Dalam Nama Tuhan Yesus, amin.”
Tuhan mendengar doa saya yang sederhana dari dalam hati. Tidak sampai 2 menit kemudian, hujan itu berhenti. Sampai-sampai orang di lapangan terheran-heran, bahkan tim saya sempat berkomenar: “cepet sekali perubahan cuacanya, mungkin ada pawang hujan”.
Bagi saya ini adalah kuasa doa dan penyertaan Tuhan yang bekerja dalam hidup saya. Puji Tuhan, akhirnya semua pekerjaan dapat diselesaikan. Tiba saatnya gladi resik dan pengecekan semua barang-barang produksi, dari tim show management hingga promotornya pun ikut hadir pada hari itu.
Ketika malam hari mulai cek sound dan semua yang terlibat di event tersebut ke posisinya masing-masing. Tiba-tiba saya dipanggil oleh promotornya. Spontan saya merasa khawatir, takut dan cemas. Saya berpikir ada kesalahan atau sesuatu yang di komplain. Namun sekali lagi saya melangkah sambil berdoa; “ dalam nama Tuhan Yesus“.
Hal yang tidak di duga-duga saat bertemu dengan promotor, ia berkata “ Good job Glen, saya suka kerja sama kamu, kamu siap buat kedepannya? Saya mau kamu terus yang handle“. Mendengar hal itu hanya pujian dan syukur kepada Tuhan, karena saya sadar bahwa hal itu bukan karena kuat dan gagah…tetapi semua karena Tuhan Yesus yang telah menyertai saya selama ini.
Hujan kembali turun dengan cukup deras kembali. Saya meresponi hujan tersebut adalah hujan berkat untuk saya. Puji Tuhan, di tahun depan saya akan menghandle di beberapa kota besar pulau Jawa (Solo, Jogja, dan Surabaya). Saya melihat kuasa Tuhan bekerja bagi generasi Yeremia.
Saya terus berdoa agar Tuhan terus dapat memakai saya sebagai sebagai generasi yang dibangkitkan Tuhan untuk berjalan dalam otoritas dan pengurapan Tuhan, untuk berdiri tegak; bahkan berani melawan arus guna melakukan setiap perintah dan kehendak-Nya, persis seperti Tuhan memakai nabi Yeremia pada zamannya.
Mari kita semua generasi Yeremia seperti yang dikatakan Opa Niko bahwa generasi Yeremia akan dipakai di tengah-tengah akhir zaman ini (Lukas 18:1-8). Hubungan yang baik berasal dari adanya komunikasi yang baik. Doa adalah cara kita berkomunikasi dengan Tuhan, Amin.
Penanggung Jawab :
Pdm. Robbyanto Tenggala
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.
