Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
PENUAIAN DAN PEMISAHAN
Ruang Remaja
Kisah Esther John: Syahid di Tanah Pakistan
Esther John lahir pada tahun 1929 di India dalam keluarga Hindu yang taat. Sejak kecil, ia dididik untuk mengikuti tradisi Hindu dengan disiplin ketat. Namun, hidupnya berubah drastis ketika ia mulai membaca Alkitab yang diberikan oleh seorang temannya. Setiap ayat yang ia baca menanamkan benih iman dalam hatinya, hingga akhirnya ia menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadinya.
Relevansi dengan Alkitab: Penganiayaan dan Hadiah Kekal
Matius 5:10 mengingatkan kita bahwa mereka yang dianiaya karena kebenaran memiliki tempat dalam Kerajaan Sorga. Esther John adalah contoh nyata bagaimana iman sejati tidak goyah meskipun menghadapi ancaman nyawa. Ia memahami bahwa penganiayaan bukanlah akhir, tetapi awal dari kemuliaan kekal yang dijanjikan Tuhan.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kisah Esther John mengajarkan kita bahwa iman sejati membutuhkan keberanian. Dalam dunia yang sering kali menentang kebenaran, kita dipanggil untuk tetap berdiri teguh, tidak peduli seberapa besar tekanan yang kita hadapi. Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka yang setia kepada-Nya, dan dalam setiap penderitaan, ada kemuliaan yang menanti.(MA).
"Faith is not the belief that God will do what you want.
It is the belief that God will do what is right."
Max Lucado(TB)
Dunia Kita
Pohon kurma (Phoenix dactylifera) adalah salah satu tanaman yang memiliki banyak makna historis, budaya, dan religius. Pohon ini sering disebut dalam Alkitab dan dikenal karena daya tahannya di lingkungan gurun yang panas dan kering. Selain menjadi sumber makanan yang berharga, pohon kurma juga memiliki banyak keistimewaan yang membuatnya unik dibandingkan dengan tanaman lainnya. Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang pohon kurma yang mungkin belum banyak diketahui:
1. Pohon Kurma Bisa Hidup Lebih dari 100 Tahun
Pohon kurma dikenal memiliki umur yang sangat panjang. Di lingkungan yang sesuai, pohon ini bisa hidup lebih dari satu abad dan tetap menghasilkan buah sepanjang hidupnya. Hal ini menjadikannya salah satu tanaman yang paling produktif dan bernilai ekonomis tinggi di daerah gurun.
2. Akar Pohon Kurma Mencari Air Hingga Puluhan Meter
Kurma tumbuh subur di daerah yang sangat kering, seperti Timur Tengah dan Afrika Utara. Salah satu alasan mengapa pohon ini bisa bertahan di lingkungan ekstrem adalah karena akarnya yang sangat panjang dan kuat. Akar pohon kurma bisa mencapai kedalaman hingga 30 meter ke dalam tanah untuk mencari sumber air bawah tanah, membuatnya tetap bertahan bahkan di daerah yang tampak gersang.
3. Simbol Ketahanan dan Kekuatan
Pohon kurma sering digunakan sebagai simbol ketahanan dan kekuatan karena kemampuannya bertahan di lingkungan yang keras. Meski diterpa angin kencang dan suhu ekstrem, pohon ini tetap tegak dan terus berbuah. Tidak heran jika dalam berbagai budaya dan agama, pohon kurma dijadikan sebagai simbol keberanian dan ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup.
4. Satu Pohon Kurma Bisa Menghasilkan 100 Kg Buah per Musim
Kurma bukan hanya terkenal karena ketahanannya, tetapi juga karena hasil panennya yang melimpah. Dalam satu musim, satu pohon kurma dewasa bisa menghasilkan sekitar 100 kg buah kurma. Tidak heran jika kurma menjadi salah satu makanan pokok di banyak negara di Timur Tengah, terutama selama bulan Ramadan.
5. Pohon Kurma Memerlukan Pohon Jantan dan Betina untuk Berbuah
Berbeda dengan banyak pohon buah lainnya, ada 2 (dua) jenis pohon kurma; pohon jantan dan pohon betina. Ini berarti, agar dapat berbuah, pohon kurma betina harus dibantu proses penyerbukannya dengan serbuk sari dari pohon kurma jantan. Di banyak perkebunan, penyerbukan ini dilakukan secara manual untuk memastikan hasil panen yang maksimal.
APA KATA ALKITAB TENTANG POHON KURMA?
Pohon kurma dalam Alkitab sering digunakan sebagai simbol kehidupan orang benar yang berakar kuat dalam iman dan tetap berbuah di segala musim. Salah satu ayat yang menggambarkan hal ini adalah:
"Orang benar akan bertunas seperti pohon kurma,
akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon."
Mazmur 92:13a(TB)
Seperti pohon kurma yang tetap kokoh dan berbuah meski di tengah panasnya gurun, demikianlah orang percaya yang tetap bertumbuh dan berbuah di dalam iman kepada Tuhan. Tidak peduli tantangan atau kesulitan yang dihadapi, mereka tetap kuat karena akar mereka tertanam dalam firman Tuhan.
Pohon kurma mengajarkan kita untuk tetap berakar kuat dalam Tuhan, bertahan di tengah badai kehidupan, dan tetap menghasilkan buah yang baik bagi sesama.(MA).
Ruang Kesaksian
"Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata:
”Penyakit itu tidak akan membawa kematian,
tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah,
sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan."
Yohanes 11:4(TB)
Perkenalkan nama saya Rospita Sitorus, sejak tahun 2015 saya dan keluarga telah menetap di Colorado-USA. Awal tujuan kepindahan kami, adalah sebagai upaya memperbaiki kehidupan keluarga menjadi lebih baik lagi. Namun Tuhan mempercayakan kepada kami, bukan hanya tentang uang, tetapi juga hati yang rela melayani. Saya bergabung di BIC Denver (Rayon 50) dan melayani sebagai worship leader.
Dalam kesempatan ini saya ingin membagikan kebaikan Tuhan melalui kesaksian saya. Pada bulan Oktober 2022 saya dinyatakan terpapar COVID-19 untuk kedua kalinya. Padahal sudah satu setengah bulan saya isolasi mandiri di rumah; bahkan berobat ke dokter sampai tiga kali, namun saya merasa penyakit saya kali ini tidak juga kunjung sembuh, bahkan semakin memburuk.
Dibeberapa bagian tubuh saya mulai timbul ruam atau memar, mulut penuh dengan sariawan, napas pun mulai terasa berat sehingga sulit sekali untuk bernapas. Karena merasa curiga ada kelainan dari paru-paru saya maka tiga hari kemudian saya pergi ke dokter. Hasil pemeriksaan tidak terdapat pneumonia (radang paru-paru).
Karena keadaan saya tetap saja tidak membaik, saya kembali memeriksa diri ke klinik. Perawat yang melihat keadaan saya segera merujuk saya ke RS. Setibanya di UGD RS, saya diperiksa secara menyeluruh. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter memvonis saya menderita kanker darah.
Sebagai manusia saya tidak dapat menerimanya saat pertama kali mendengar vonis tersebut, karena saya tidak punya riwayat kanker dalam keluarga besar saya, selain itu saya juga sudah menjaga pola makan dan rajin berolahraga dengan menerapkan gaya hidup sehat.
Saat itu saya ditemani oleh gembala dan suami, hanya dapat terdiam lemas. Dokter belum dapat menentukan jenis kanker yang saya derita karena memang harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Siang itu, dokter memutuskan agar saya harus langsung di opname. Dokter menyarankan untuk segera ditangani dan kemoterapi, sebab apabila tidak akan berakibat fatal bagi hidup saya.
Selama di opname saya terus bergumul dan berdoa, saya tetap percaya bahwa ada mujizat Tuhan. Setelah tiga hari di rumah sakit, pada tanggal 24 November 2022, dokter menyuruh saya menandatangani surat untuk segera melakukan biopsi sumsum tulang belakang; guna mengetahui jenis kankernya.
Setelah bergumul akhirnya saya menandatangani surat tersebut. Sebagai manusia saya tidak dapat merubah suatu keadaan. Saya menerima apapun yang telah menjadi kehendak Tuhan atas kehidupan saya. Yang saya lakukan adalah menerima keputusannya Tuhan dan berdamai dengan diri saya sendiri.
Saya melihat ada penyertaan Tuhan ketika saya mulai berserah. Sekalipun saya menderita kanker leukemia, secara fisik tubuh saya tidak mengalami penurunan dan merasakan sakit dibanding dengan penderita leukemia lainnya. Dokter pun heran melihat kondisi fisik saya hingga mengatakan saya adalah special person.
Setelah dua hari kemudian hasil biopsi pun keluar dokter menyatakan bahwa saya menderita Acute Myeloid Leukemia (AML) atau Leukemia Myeloid Akut; jenis kanker darah dan sumsum tulang, yakni jaringan spons dalam tempat sel darah dibuat sehingga tidak dapat menghasilkan darah putih yang matang.
Mendengar penyataan dari dokter, saya sangat terkejut dan khawatir. Bagaimana bila sampai terjadi apa-apa dengan diri saya karena anak-anak saya masih kecil. Saya berusaha tidak ingin mencari tahu detail penyakit yang saya derita. Saya tidak ingin bertambah khawatir.
Fokus saya hanya membangun iman, berdoa dan merenungkan Firman serta menyembah Tuhan. Pada tanggal 25 November 2022 saya dipindahkan ke rumah sakit khusus kanker. Ketika menjalani proses kemoterapi, mulai saya mengalami rambut rontok dan merasa mual.
Setiap kali dokter bertanya: “apakah ada pertanyaan?” saya selalu menjawab: “kapan saya pulang?”. Akhirnya dokter memperkirakan bahwa saya dapat pulang sekitar bulan Januari 2023. Saya yang tidak merasakan sakit apa-apa menjadi bosan bila harus tinggal berlama-lama di RS. Sampai-sampai agar otot tubuh saya tidak menjadi kaku dan lemah, saya sering olah raga mengelilingi RS.
Pada tanggal 21 Desember 2022, saya kembali melakukan biopsi yang kedua, guna mengetahui apakah pengobatan yang diberikan berhasil atau tidak. Saya baru mendapatkan hasilnya di tanggal 26 Desember 2022 karena pada hari sebelumnya dokter yang bertugas sedang libur.
Dokter menghampiri saya dan berkata: “good news”, karena hasil biopsi yang kedua menunjukan sel kanker saya sudah tidak ada. Puji Tuhan, secara spontan saya berseru memuji Tuhan, dokter kembali menanyakan, “apakah ada pertanyaan?”. Saya menjawab: “kapan saya pulang?”. Dokter akhirnya mengijinkan saya pulang selesai biopsi ketiga di tanggal 27 Desember 2022.
Sekalipun hasil biopsi belum keluar, saya akhirnya diijinkan pulang. Pada tanggal 29 Desember 2022, appointment dokter yang pertama setelah keluar dari RS, dokter mengatakan bahwa saya harus di kemoterapi seumur hidup sekalipun sudah dinyatakan tidak diketemukan sel kanker, karena ia tidak mau mengambil resiko apabila penyakitnya timbul kembali.
Mendengar hal itu saya sangat terkejut dan menangis, saya berpikir untuk apa saya di kemoterapi lagi? Bukankah sudah tidak ada sel kanker pada hasil biopsi yang kedua. Saya tidak pernah mempelajari tentang kanker, saya pikir apabila sudah sembuh, pasti sembuh. Tetapi ternyata tidak seperti itu.
Setiap selesai kemoterapi saya merasakan tubuh saya lemah. Saya tidak ingin sepanjang hidup harus bergantung kepada orang lain. Saya mulai protes kepada Tuhan, saya berpikir lebih baik Tuhan memanggil saya pulang dari pada harus menyusahkan orang lain.
Saya memang telah berdamai dengan diri saya sendiri. Menerima kehendak Tuhan dengan tidak menyalahkan dan mempercayakan hidup saya kepada Tuhan. Saya tahu ada penyertaan Tuhan di dalam hidup saya.
Saya menangis histeris, merasa tidak ada lagi harapan. Saya menghubungi gembala serta teman saya yang pernah mengalami penyakit yang sama. Saya menceritakan bahwa saya harus melakukan kemoterapi seumur hidup. Saya katakan “untuk apa saya hidup. Lebih baik saya mati saja”.
Selesai didoakan dan dikuatkan oleh beberapa hamba Tuhan, saya akhirnya kembali tenang. Gembala saya berinisiatif mengadakan pertemuan dengan tim dokter. Gembala saya bertanya: "apakah masih percaya kepada mujizat?” Tetapi menurut medis tetap harus diberikan kemoterapi karena jenis kankernya tersebut.
Rencananya akan dilakukan 6 kali kemoterapi, setelah itu barulah cangkok sumsum tulang belakang. Cara itulah yang terbaik untuk pasien leukemia. Saya menyerahkan dan mempercayakan semuanya kepada penyertaan Tuhan.
Puji Tuhan, karena dokter melihat perkembangan yang bagus dari hasil pemeriksaan, akhirnya kemoterapi yang seharusnya dilakukan 6 kali cukup 2 kali. Dokter memberikan referensi untuk segera melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang. Semuanya berjalan dengan lancar. Dokter bagian pencangkokan langsung merespon sehingga semuanya dapat berjalan lebih cepat dari jadwal yang diperkirakan. Sehingga pada tanggal 26 April 2023 dilakukan pencangkokan sumsum tulang belakang dengan pendonor anak saya sendiri yang sudah berumur 18 tahun. Tuhan seperti sudah mengatur segala sesuatu tepat waktunya. Pencangkokan harus ada hubungan keluarga, itupun dilihat dari kecocokan darah.
Puji Tuhan setelah dilakukan pemeriksaan, saya dan anak mempunyai kecocokan. Namun sekali lagi iman saya diuji. Dua minggu sebelum hari pencangkokan, dokter yang menangani anak saya mengatakan bahwa darah anak saya bermasalah; artinya tidak dapat menjadi pendonor karena akan mengakibatkan hal yang fatal bagi orangtuanya.
Sampai akan dilakukan pemeriksaan darah ulang, sebab mungkin saja terjadi kesalahan. Terus terang, mendapat kabar seperti itu saya kembali merasa tertekan dan menangis, saya kembali komplain dan kecewa kepada Tuhan. Saya katakan “Tuhan, apakah tidak cukup sampai di sini saja, mengapa terus ada masalah baru?”
Saya jadi mengkhawatirkan anak, yang dikatakan dokter bahwa darahnya bermasalah. Jangan sampai anak sayapun menderita penyakit yang sama dengan saya. Dalam pengumulan saya berdoa berseru kepada Tuhan, meratap kepada-Nya, saya tidak tahu lagi harus bagaimana, tetapi ternyata Tuhan mampu membalikkan segala keadaan, apa yang tidak mungkin bagi manusia itu mungkin bagi Tuhan.
Setelah melakukan pemeriksaan ulang dokter mengatakan bahwa darah anak saya normal kembali, puji Tuhan, mujizat terjadi. Akhirnya pencangkokanpun berjalan dengan baik. Saat saya masuk RS, Tuhan katakan bahwa penyakit yang Tuhan ijinkan terjadi bukan untuk mendatangkan kematian, tetapi untuk mendatangkan kesaksian dan membawa kemuliaan bagi Tuhan. Saya terus memperkatakan janji Tuhan.
Puji Tuhan sampai hari ini saya sehat oleh karena janji dan mujizat Tuhan. Terlalu mudah bagi Tuhan untuk menyembuhkan segala penyakit termasuk kanker. Saya mengalami Tuhan secara pribadi, Tuhan yang sangat baik dan penuh dengan mujizat. Pengharapan kita di dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan.
Melalui penyakit ini, Tuhan juga telah menyembuhkan jiwa dan karakter saya. Tuhan merubah paradigma saya, memulihkan hubungan saya dengan Tuhan. Saya kembali bergairah bersama Tuhan. Sekalipun secara fisik terasa lemah pasca pencangkokan namun secara roh, saya semakin dikuatkan. Pengharapan kita pasti akan menghasilkan sesuatu. Jangan pandang kepada apa yang kelihatan tetapi percaya dan yakinlah bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang hidup yang penuh dengan mujizat.
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.