Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
MEMBANGUN PELAYANAN LINTAS GENERASI
Ruang Remaja

"Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda.
Jadilah teladan bagi orang-orang percaya,
dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu,
dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."
1 Timotius 4:12 TB
Kisah Eric Liddell: Kepercayaan Lebih Berharga dari Emas
Pada Olimpiade Paris tahun 1924, semua mata tertuju pada Eric Liddell, pelari cepat asal Skotlandia yang dijuluki "Flying Scotsman" (Orang Skotlandia Terbang). Ia adalah harapan besar Inggris Raya untuk memenangkan medali emas di nomor lari 100 meter, jarak yang menjadi spesialisnya.
Namun, beberapa hari sebelum jadwal pertandingan, Liddell terkejut. Jadwal kualifikasi lari 100 meter diadakan pada hari Minggu, hari yang diyakininya sebagai Hari Sabat, hari untuk beribadah dan beristirahat sesuai keyakinan imannya.
Ini adalah dilema besar. Ia telah berlatih keras selama bertahun-tahun demi momen ini. Seluruh negaranya berharap padanya. Namun, Liddell mengambil keputusan yang mengejutkan dan menuai kritik keras: ia menolak untuk berlari pada hari Minggu.
Media dan publik Inggris mengecamnya sebagai pengkhianat dan orang bodoh. Mereka menyebutnya telah menyia-nyiakan kesempatan emas demi "keyakinan konyol". Namun, Liddell berpegang teguh pada integritasnya.
Akhirnya, dengan bantuan rekan tim, Liddell beralih ke nomor lari yang sama sekali bukan spesialisnya, yaitu lari 400 meter, yang dijadwalkan pada hari kerja. Jarak 400 meter adalah jarak yang sangat sulit, membutuhkan perpaduan antara kecepatan lari cepat dan ketahanan stamina. Semua orang memprediksi kegagalan.
Liddell berlari dengan segenap hati dan jiwa, mengenang kata-kata seorang rekan tim yang memberinya semangat: "Ia yang menghormati Aku, akan Ku-hormati."
Dengan mengejutkan dunia, Eric Liddell memenangkan medali emas di nomor lari 400 meter dan mencetak rekor dunia baru. Ia membuktikan bahwa integritas, kesetiaan pada keyakinan, dan kerja keras yang tulus jauh lebih kuat daripada tekanan sesaat dari dunia. Ia memilih berlari di lintasan hati nuraninya.
Relevansi dengan Alkitab: Teladan dalam Integritas
Kisah Eric Liddell adalah ilustrasi sempurna dari nasihat dalam 1 Timotius 4:12, yang mengajak kita menjadi teladan dalam tingkah laku dan kesetiaan.
Dalam kehidupan remaja, kita sering dihadapkan pada "perlombaan 100 meter" kita sendiri—situasi di mana kita tergoda untuk mengkompromikan integritas (seperti menyontek saat ujian, berbohong pada orang tua, atau ikut-ikutan bully) demi kemenangan atau penerimaan yang cepat.
Liddell mengajarkan kita bahwa menjaga integritas (kesetiaan) adalah prioritas utama. Ketika kita memilih untuk jujur pada nilai-nilai yang kita yakini, Tuhan akan membuka "perlombaan 400 meter" (kesempatan tak terduga) di mana kita dapat bersinar dengan cara yang lebih otentik dan berdampak. Kesetiaan pada nilai-nilai kecil akan membawa kita pada kemuliaan di hal-hal yang lebih besar.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
1. Nilai Diri di Prinsip, Bukan Populeritas
Jangan biarkan keinginan untuk diterima atau disukai orang lain mengalahkan keyakinanmu. Hidup yang berintegritas tidak akan pernah membuatmu menyesal.
2. Integritas Membuka Jalan Baru
Ketika kamu berani berkata tidak pada hal yang salah, Tuhan akan sering kali membuka pintu bagi kesempatan yang jauh lebih baik dan sesuai dengan karaktermu (seperti lari 400 meter bagi Liddell).
3. Hidup Itu Sebuah Kesaksian Diam
Tindakanmu saat tidak ada yang melihat, atau saat kamu kehilangan sesuatu demi kebenaran, akan berbicara lebih keras daripada semua kata-kata kotbah. Jadilah teladan yang nyata.
4. Takut akan Tuhan Mengalahkan Takut akan Manusia
Pilih untuk menyenangkan Tuhan dan bukan manusia. Itulah fondasi dari keberanian dan integritas sejati.
Sebagai remaja, mari kita berlari kencang menuju impian kita, tetapi pastikan kita berlari di jalur yang benar. Jaga hati nuranimu, karena kesetiaan lebih berharga daripada semua medali emas di dunia. (MA)
"I believe God made me for a purpose –
but He also made me fast.
And when I run, I feel His pleasure."
Eric Liddell
Ruang Keluarga

Peran Mezbah Keluarga dalam Membangkitkan Generasi Yeremia
Kita tahu bahwa di era Pentakosta ketiga, Allah sedang membangkitkan dan hendak memakai generasi Yeremia yaitu anak-anak muda yang dipenuhi Roh Kudus, cinta mati-matian kepada Tuhan Yesus, tidak kompromi dengan dosa, dan akan bergerak untuk memenangkan jiwa.
Yeremia ini tidaklah muncul begitu saja, mereka tidak otomatis bangkit dengan sendirinya. Sesungguhnya generasi Yeremia membutuhkan sosok generasi sebelumnya sebagai teladan, pengajar dan penuntun. Orangtua adalah pihak yang paling dekat dengan mereka.
Kebangkitan Generasi Yeremia yang sedang terjadi hari-hari ini, tidak terlepas dari peranan keluarga mereka masing-masing. Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa keluarga adalah tempat pertama di mana iman ditanamkan. Seperti firman Tuhan dalam Ulangan 6:6–7:
“Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”
Dengan kata lain, kehidupan iman bukan hanya dibangun di gereja atau persekutuan besar, melainkan terutama di dalam rumah. Oleh karena itu, peran keluarga dalam hidup mereka sehari-hari tidak dapat dianggap remeh. Dalam keluarga, salah satu cara untuk membangkitkan generasi Yeremia adalah dengan membangun kehidupan doa, pujian dan penyembahan serta perenungan firman Tuhan. Di sinilah mezbah keluarga memegang peranan yang penting. Dalam mezbah keluarga anak-anak belajar bagaimana mereka berdoa, memuji dan menyembah Tuhan serta merenungkan firman Tuhan bersama dengan orangtua.
PERAN MEZBAH KELUARGA
Mezbah keluarga bukanlah mezbah fisik seperti yang dibangun pada zaman Perjanjian Lama, melainkan sebuah keputusan rohani yang disengaja dan konsisten, di mana seluruh anggota keluarga menyediakan waktu untuk mendekat kepada Tuhan melalui doa, pujian, penyembahan, dan perenungan firman Tuhan.
Mezbah keluarga adalah disiplin rohani yang melatih anak-anak untuk mengenal Tuhan secara pribadi. Dari mezbah keluarga inilah akan lahir generasi yang dipenuhi Roh Kudus:
Ketiga hal tersebut adalah satu kesatuan yang tidak terpisah dan saling mendukung satu sama lain. Oleh karena itu, mezbah keluarga akan menolong untuk ketiganya (heart, head and hand) terus dipupuk dan dikembangkan dalam keseharian mereka.
Keputusan yang disengaja dan konsisten untuk menyediakan waktu mendekat kepada Tuhan di tengah-tengah kesibukan, distorsi, dan ilah-ilah zaman. Seperti yang dilakukan Yosua pada zaman itu, ia mengambil keputusan :
“…Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN”
Yosua 24: 15b
Ketika setiap anggota keluarga mendekat kepada Allah, maka Allah hadir di tengah-tengah mereka.
Mari kita lihat bagaimana peran mezbah keluarga dalam membangkitkan generasi Yeremia:
1. Menciptakan Keterbukaan
Karena keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Orangtua dapat memulai dengan membagikan refleksi pribadi dari firman yang dibaca, kemudian memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk menanggapinya. Pada saat doa penutup, setiap anggota keluarga bisa menyampaikan pokok doa pribadi dan saling mendoakan. Bahkan ketika ada hal-hal penting untuk dibahas/ diputuskan di minggu tersebut, orangtua dapat meminta pendapat/ pandangan anak. Hal ini membuat anak-anak merasa didengarkan, dihargai, dan dicintai. Mereka belajar bahwa keluarga adalah tempat di mana mereka bisa jujur tanpa takut dihakimi.
2. Meningkatkan Pemahaman
Sharing dan refleksi dalam pertemuan mezbah keluarga menumbuhkan pemahaman akan apa yang kudus dan berkenan kepada Allah.
Dalam dunia yang penuh dengan suara-suara asing dan nilai-nilai yang bertentangan dengan firman Tuhan, anak-anak perlu dibekali dengan dasar-dasar kebenaran untuk membangun pendirian yang kokoh dalam membedakan mana yang kudus dan berkenan kepada Allah, seperti yang ditulis dalam Kolose 2:3,
“Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.”
Hanya melalui Kristus, sumber hikmat sejati, anak-anak kita dapat memahami kebenaran dan hidup sesuai kehendak Allah.
Untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah, mereka harus memiliki sumber kebenaran yang dapat dipercaya. Kehendak Allah tidak bisa dipahami hanya melalui opini manusia atau nilai-nilai dunia, tetapi melalui firman-Nya yang tertulis yaitu Alkitab.
Alkitab bukan sekadar buku biasa, melainkan firman Allah yang hidup, yang Roh Kudus pakai untuk mengajar, menegur, memperbaiki, dan mendidik kita dalam kebenaran (2 Timotius 3:16). Ketika firman Tuhan dibaca bersama dalam mezbah keluarga, anak-anak akan belajar membedakan mana yang berkenan kepada Allah dan mana yang tidak, mana yang dikehendaki Allah dalam hidup mereka dan mana yang tidak.
Di saat-saat inilah orangtua bisa mengajukan pertanyaan yang mengasah iman anak, misalnya:
a. “Apa yang Yesus akan lakukan jika Dia ada di posisimu?”
b. “Bagaimana kita sebagai orang percaya harus berbeda dengan dunia ini?”
Pertanyaan-pertanyaan ini menolong anak-anak menginternalisasi firman Tuhan ke dalam kehidupan sehari-hari mereka: di sekolah, di pergaulan, dalam menggapai cita-cita, bahkan dalam pergumulan emosi mereka.
Wahana mezbah keluarga juga memberikan orangtua kesempatan untuk bersaksi akan masa lalu mereka dan bagaimana Tuhan menolong mereka mengatasi hal-hal tersebut.
3. Mendorong Perubahan
Mezbah keluarga juga merupakan sarana untuk membangkitkan proses batiniah anak-anak menuju keserupaan dengan Kristus.
Hidup serupa Kristus adalah tujuan utama dari pertumbuhan iman. Keserupaan ini tidak dicapai dengan kekuatan sendiri, melainkan oleh kasih karunia Tuhan melalui karya Roh Kudus. Tetapi orangtua berperan penting menyediakan ruang latihan iman itu melalui mezbah keluarga.
Selain doa dan firman, orangtua dapat memberikan kata-kata penguatan yang meneguhkan identitas iman anak-anak, misalnya:
a. “Pemenang bukanlah orang yang tidak pernah gagal, tetapi orang yang tidak pernah menyerah.”
b. “Bagi manusia tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.”
Kata-kata afirmasi, memperkatakan firman yang dibaca, dan doa memiliki kuasa dan membangkitkan semangat anak-anak. Mezbah keluarga tidak berhenti hanya di pertemuan rohani, melainkan diikuti dengan pendampingan nyata: melatih, mengarahkan, dan mendukung anak dalam keseharian mereka.
Ketika mezbah keluarga menjadi gaya hidup keluarga kita, maka kita akan mengalami sebagai satu keluarga pertumbuhan yang semakin nyata dan anak-anak akan bergerak menjadi saksi Kristus di sekolah/ kampus/ tempat mereka bekerja. Dunia akan melihat bahwa mereka berbeda dan disertai pengurapan Roh Kudus. Kehidupan yang berbeda ini akan menjadi jembatan untuk membangun hubungan dan membuka kesempatan bagi mereka untuk membagikan kasih Kristus, sehingga banyak jiwa dimenangkan bagi Tuhan.
PERAN ORANG TUA
Mari para orangtua, jangan menunda-nunda lagi. Kebangkitan generasi Yeremia tidak bisa dilepaskan dari peran kita. Bangunlah mezbah keluarga di rumah masing-masing. Biarlah setiap rumah tangga Kristen menjadi pusat hadirat Allah, tempat firman ditanamkan, doa dinaikkan, dan anak-anak dilatih dalam kekudusan.
Kita percaya, di tahun penuaian ini, Allah sedang menyiapkan generasi Yeremia yang akan bergerak dengan kuasa Roh Kudus untuk menuai jiwa-jiwa bagi Kerajaan Allah. Dan itu dimulai dari rumah kita sendiri. Tuhan Yesus memberkati! (TB).
Ruang Kesaksian
"Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan yang tak terduga,
serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya."
Ayub 5:9 TB
Shalom. Nama saya Metha, saya seorang ibu dari 2 anak. Saya melayani sebagai guru sekolah minggu di GBI Sudirman. Dalam kesempatan ini, ijinkanlah saya untuk dapat membagikan kesaksian tentang kebaikan Tuhan yang luar biasa yang Tuhan lakukan dalam hidup saya. Semoga dapat menjadi berkat bagi saudara semua.
Tahun 2016 saya menikah dan sebulan kemudian saya hamil. Namun janin saya tidak berkembang, dokter mengatakan bahwa saya mengalami kehamilan yang tidak normal yaitu hamil anggur (mola hidatidosa).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan atau lebih dikenal dengan istilah hamil anggur. Dimana janin yang terbentuk dalam kehamilan tak langsung berwujud seperti manusia, melainkan berawal dari sebuah gelembung ovum (sel telur) yang kemudian membelah kelipatan dua. Begitu seterusnya hingga nampak sebagai sekumpulan buah anggur.
Hamil anggur dapat membahayakan nyawa, oleh sebab itu dokter menyarankan saya di kuretase. Akhirnya kuterase pun segera dilakukan. Setiap bulannya saya harus cek darah untuk melihat nilai kadar Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah sampai batas normal hingga dinyatakan bersih/ sembuh.
Namun, pada bulan ke-3 ternyata hasil hCG meningkat dan saya dirujuk ke dokter onkologi untuk menjalani terapi suntik yang diberikan selama 5 hari berturut-turut untuk menekan hCG, agar tidak bertambah parah. Obat tersebut termasuk obat keras yang menyebabkan kondisi kesehatan saya menjadi menurun (imun tubuh saya pun menurun).
Saya merasakan pusing, sulit menelan makanan serta tubuh yang terasa gatal dan bengkak yang terasa perih. Dalam keadaan ini saya berdoa kepada Tuhan agar memampukan saya untuk dapat bertahan dalam menjalani proses penyembuhan. Puji Tuhan, hasil hCG saya pun menurun drastis sehingga dokter menyarankan agar saya dapat menjalani 1 tahap lagi.
Artinya saya harus menjalani terapi selama 5 hari lagi. Setelah itu, saya harus periksa darah dan kadar hCG. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar hCG tidak menurun secara significant. Akhirnya dokter mengambil solusi terakhir untuk dilakukan kemoterapi.
Mendengar hal itu hati saya sedih, saya seperti menderita penyakit kanker yang harus menjalani kemoterapi. Saya berdoa, berseru kepada Tuhan, ”mengapa saya harus dikemo?”. Saya membayangkan keburukan tentang kemoterapi, bagaimana jika rambut saya sampai botak? apakah saya sanggup menjalani semuanya ini?, saya berharap semua ini hanyalah mimpi dan dapat segera berakhir.
Saya harus rutin menelan obat, padahal selama ini saya sudah menjalani pola hidup sehat dan merasa hidup saya sudah baik-baik saja. Sebagai manusia, saya tidak terima, saya sedih, kecewa dan protes kepada Tuhan. Mengapa saya harus mengalaminya.
Saya terus mencari penjelasan dari beberapa dokter mengenai penyakit ini dan akhirnya saya mendapatkan pemahaman dari seorang dokter di salah satu RS di Jakarta, yang menguatkan saya bila semuanya ini akan baik-baik saja. Saya menyerahkan kondisi saya kepada Tuhan di dalam doa dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan bahwa Tuhan yang berdaulat atas hidup saya.
Dokter menyarankan agar saya menggunakan BPJS sehingga tidak perlu khawatir untuk biaya pengobatan. Akhirnya saya mulai melakukan semua tahapan proses pengobatan. Dimulai rujukan dari puskesmas dengan mengumpulkan data medis dan mengantri dengan ratusan pasien BPJS di Rumah Sakit. Demi mendapatkan pengobatan dan kamar inap untuk menjalani kemoterapi selama 5 hari.
Saya menjalani pengobatan sendiri karena tidak mau merepotkan keluarga, Saya masih kuat untuk berjalan sendiri. Kemoterapi selama 4 malam dan kembali lagi dihari kelima untuk obat yang terakhir.
Di situlah saya merenungkan Mazmur 23 bahwa Tuhanlah gembala yang baik. Saya percaya bahwa sejauh ini Roh Kudus terus menguatkan saya untuk dapat kuat. Saya pegang janji Tuhan bahwa Dia pasti menyertai saya diperjalanan yang tidak mudah ini. Bahkan saya harus kuat saat melihat pasien-pasien lain di kamar kemoterapi yang sudah bertahun-tahun kemo tapi belum kunjung sembuh dan akhirnya meninggal.
Saya berdoa, menyerahkan seluruh hidup saya kepada Tuhan, pasti Tuhan akan menyertai dalam proses pengobatan ini dan memberikan kesembuhan. Tangan Tuhan juga menyertai lewat kehadiran beberapa hamba Tuhan yang datang mengunjungi untuk mendoakan saya, Juga dukungan doa teman-teman seiman dari GBI Sudirman.
Proses kemoterapi sangat tidak nyaman, tetapi saya teringat pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib, Tuhan bahkan pernah merasakan penderitaan yang jauh lebih besar dari yang saya alami ini. Saya harus jadi anak Tuhan yang tidak cengeng dan tidak hanya mau menerima hidup yang nyaman saja. Bahwa berkat yang sesungguhnya adalah kekuatan, sukacita dan pengharapan di tengah kehidupan yang sedang tidak baik-baik saja.
Selesai tahap 1 kemoterapi, 2 minggu kemudian saya harus ambil darah dan melihat hasil hCG saya menurun. Puji Tuhan, saya harus kuat, saya harus bisa menjalani semua tahapan pengobatan dengan baik.
Tidak henti-hentinya saya berdoa agar hCG saya dapat segera menurun drastis, trombosit dan leukosit normal sehingga saya dapat melanjutkan pengobatan ke tahap selanjutnya. Firman Tuhan dan lagu-lagu rohani menguatkan saya menjalani pengobatan ini. Ditahap yang ke-2 saya mendapati rambut saya mulai rontok dan saya memutuskan untuk mencukur rambut.
Saya mencari wig yang cocok untuk dipakai ke kantor dan gereja. Ternyata memiliki kepala yang plontos sering membuat saya kedinginan dan gatal-gatal karena sering kepanasan memakai wig yang terbuat dari bahan sintesis.
Selesai menjalani kemoterapi selama 5 hari saya tetap kembali bekerja seperti biasa. Meskipun saya sering merasa lelah, maag saya sering kambuh dan tulang belakang yang sangat nyeri apalagi saat malam hari tidak jarang saya merintih kesakitan.
Namun saya percaya, sakit yang saya alami ini hanyalah sementara, Tuhan pasti menyembuhkan saya dari semua sakit ini. Saya teringat akan Firman Tuhan bahwa penyakit ini tidak lebih besar dari kuasa Tuhan. Saat ini Tuhan sedang memproses saya dan membawa saya ke level yang lebih tinggi. Tuhan mau saya dapat bertumbuh melalui semua proses ini.
Saya tidak boleh kalah dengan rasa sakit ini. Seperti Yusuf dan Ayub dimurnikan lewat proses yang sangat tidak enak tapi Tuhan siapkan berkat yang luar biasa dan hidup mereka menjadi kesaksian dan berkat bagi bangsanya.
Puji Tuhan, selama 4 bulan saya dapat melalui 6 tahap kemoterapi. Tuhan Yesus baik dan sangat baik, saya dinyatakan tidak perlu kemoterapi lagi karena semua hasil hCG sudah baik. Saya bersyukur Tuhan selalu menuntun perjalanan saya dan menguatkan saya sampai pengobatan selesai.
Dokter menyarankan saya tidak hamil dulu selama setahun, menjalani hidup sehat dengan memperhatikan pola makan dan berolahraga secara teratur.
Melewati satu tahun setelah kemoterapi saya kembali lagi ke dokter kandungan untuk konsultasi, apakah saya masih bisa punya anak? dengan menceritakan semua riwayat penyakit saya sebelumnya. Dokter mengatakan bahwa itu sangat mungkin, rahim saya tidak bermasalah, lalu dokter memberikan vitamin untuk mendukung kesuburan.
Saya berdoa kepada Tuhan agar saya dapat diberikan seorang anak. Mungkin keberadaan saya sepertinya sangat sulit dan tidak mungkin untuk mendapatkan anak, tetapi saya percaya kepada Tuhan karena Tuhan melihat kerinduan hati saya.
Sebulan kemudian tepat di hari ulang tahun saya ke 30 tahun 2019, Tuhan memberikan hadiah yang luar biasa. Saya pergi ke dokter untuk USG, betapa terharunya saya melihat di layar USG, dokter mengatakan saya hamil. Puji Tuhan. saya bersyukur Tuhan menjawab doa.
Setelah beberapa minggu awal kehamilan, saya hampir mengalami kecelakaan saat menuju ke kantor karena khawatir saya dan suami sepakat memeriksakan kehamilan ke dokter kandungan.
Alangkah terkejutnya kami saat melihat ada 2 janin dilayar monitor saat USG. Dokter mengatakan ada 2 janin di rahim saya, yang artinya kami akan memiliki anak kembar. Betapa ajaibnya Tuhan Yesus, saya tidak pernah menduga untuk mendapatkan kado istimewa dari Tuhan. Tuhan sangat memberkati saya dengan anak kembar, sesuatu hal yang tidak pernah saya pikirkan dalam hidup. Puji Tuhan, putri kembar kami sekarang berusia 3 tahun tumbuh dengan sehat dan lucu.
Saya hampir pernah menyerah dan putus asa untuk dapat hamil dan punya anak setelah kemoterapi. Rencana Tuhan sungguh ajaib, tidak pernah sanggup dipikirkan oleh jalan pikiran manusia. Saya merasakan perjalanan iman bersama Tuhan, Dia melihat kesungguhan kita saat meminta dan percaya kepadaNya. Bahkan Tuhan sanggup memberikan lebih daripada apa yang kita minta.
Terima Kasih Yesus. Saat kita beriman, bersungguh-sungguh meminta, dan selalu bersyukur dalam segala keadaan. Dia melihat iman kita bahkan Dia memberikan kemurahanNya, memberkati kita dengan hal-hal yang tidak pernah kita lihat dengan mata, muncul dalam hati dan didengar telinga.
Penanggung Jawab :
Pdm. Robbyanto Tenggala
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.
