Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
TAHUN 5786 – PEY VAV
Ruang Remaja

"Berdua lebih baik dari pada seorang diri,
karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.
Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya,
tetapi wai orang yang jatuh,
yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!."
Pengkhotbah 4:9-10 TB
Kisah Larry Page dan Sergey Brin: Kekuatan Kemitraan yang Merubah Dunia
Pada tahun 1995, di Universitas Stanford, ada dua mahasiswa pascasarjana yang dipertemukan: Larry Page dan Sergey Brin. Awalnya, mereka tidak cocok. Page menganggap Brin terlalu banyak bicara, dan Brin menganggap Page terlalu keras kepala dan berapi-api. Mereka memiliki kepribadian yang bertolak belakang.
Namun, meskipun sering berdebat, mereka menyadari bahwa mereka memiliki minat yang sama terhadap satu masalah besar: bagaimana cara mengorganisir informasi yang sangat besar di internet secara efisien. Keduanya memiliki kecerdasan luar biasa dan visi yang sama untuk masa depan informasi.
Alih-alih membiarkan perbedaan kepribadian memisahkan mereka, Page dan Brin memilih untuk fokus pada tujuan bersama. Mereka mulai bekerja sama di kamar asrama mereka, menggabungkan keahlian Page dalam teknik sistem dan keahlian Brin dalam penambangan data.
Kemitraan mereka melahirkan sebuah mesin pencari yang awalnya dinamai Backrub, dan kemudian berubah menjadi Google. Kerja sama mereka bukan hanya sebatas ide; mereka saling mendukung, mengkritik ide satu sama lain secara konstruktif, dan mengangkat ketika yang lain merasa lelah atau gagal. Ketika Page sempat ingin menyerah pada ide Google, Brin meyakinkannya untuk terus maju.
Kisah sukses Google bukan hanya tentang algoritma yang canggih, tetapi tentang kekuatan persahabatan dan kemitraan yang mampu mengatasi perbedaan individu demi mencapai tujuan yang lebih besar.
Relevansi dengan Alkitab: Upah dalam Kebersamaan
Kisah Page dan Brin adalah ilustrasi yang sangat kuat dari hikmat dalam Pengkhotbah 4:9-10. Ayat ini menekankan bahwa dua orang lebih baik daripada seorang diri karena mereka saling memberi "upah yang baik" dalam kerja keras, dan yang paling penting, mereka dapat saling mengangkat ketika jatuh.
Sebagai remaja, kita sering tergoda untuk mencari teman berdasarkan popularitas atau kesamaan tren sesaat. Padahal, persahabatan yang berharga adalah persahabatan yang berdasarkan tujuan bersama (baik itu dalam belajar, dalam pelayanan, atau dalam meraih impian) dan kesediaan untuk saling menguatkan.
Tuhan merancang kita untuk hidup dalam komunitas. Sahabat sejati — seperti Page dan Brin yang saling mengangkat dari kamar asrama hingga menjadi pemimpin global — adalah mereka yang menerima kelemahanmu, merayakan kelebihanmu, dan selalu ada untuk menopangmu saat kamu terpuruk. Jangan pernah meremehkan kekuatan sebuah "tim dua orang" yang setia.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
1. Kualitas di Atas Kuantitas
Lebih baik memiliki satu atau dua sahabat sejati yang mendorongmu menuju kebaikan daripada ratusan teman di media sosial yang hanya hadir saat kamu senang.
2. Cari Tujuan Bersama
Persahabatan yang kuat seringkali dibangun di atas perjuangan dan impian yang sama. Carilah teman yang memiliki nilai dan ambisi untuk bertumbuh seperti dirimu.
3. Saling Mengangkat, Bukan Menjatuhkan
Ukuran persahabatan sejati adalah seberapa cepat kamu membantu temanmu bangkit dari kegagalan, dan seberapa tulus dia membantumu. Jauhi teman yang hanya ada saat kamu di puncak.
4. Terima Perbedaan
Sama seperti Page dan Brin, sahabat sejati tidak harus kembar identik. Perbedaan justru dapat menciptakan sinergi dan perspektif baru yang membuat timmu jauh lebih kuat.
Sebagai remaja, investasikan waktumu pada persahabatan yang membangun. Carilah tim kecil yang akan bersamamu saat kamu jatuh, karena merekalah yang akan menjadi mitra sejatimu dalam perjalanan hidup ini. (MA)
"You don't need to have a hundred people to start an idea.
You just need a couple of dedicated partners."
Larry Page
Dunia Kita

Tahukah kamu bahwa setiap titik cahaya kecil yang kita lihat di langit malam adalah bola gas raksasa yang menyala, dan sebagian besar ukurannya jauh lebih besar daripada Matahari kita? Bintang-bintang bersinar karena reaksi nuklir yang terjadi di intinya, melepaskan energi luar biasa. Yang menakjubkan adalah jaraknya yang sangat jauh; cahaya yang kita lihat malam ini mungkin telah melakukan perjalanan jutaan atau bahkan miliaran tahun cahaya untuk mencapai mata kita. Ini berarti, kita sedang melihat masa lalu alam semesta. Fenomena ini menjadi pengingat bahwa perspektif yang luas dan abadi dapat membuat masalah kita saat ini terlihat kecil dan fana.
BINTANG: DARI DEBU KOSMIK HINGGA CAHAYA KEHIDUPAN
Bintang-bintang lahir dari awan gas dan debu kosmik (nebula) yang sangat besar. Melalui proses yang lambat dan masif, gravitasi menarik materi ini bersama-sama hingga mencapai tekanan dan suhu yang cukup untuk memicu fusi nuklir. Siklus hidup bintang mengajarkan kita tentang transformasi dan tujuan keberadaan. Bintang adalah "pabrik" kimia di alam semesta, yang menciptakan elemen-elemen berat (seperti karbon dan oksigen) yang diperlukan untuk kehidupan. Ketika bintang mati, ia melepaskan elemen-elemen ini kembali ke ruang angkasa, yang kemudian membentuk generasi bintang dan planet baru—termasuk Bumi kita. Kita semua terbuat dari "debu bintang."
APA KATA ALKITAB?
BINTANG SEBAGAI JANJI DAN PETUNJUK
Alkitab sering menggunakan bintang sebagai simbol janji, keturunan yang tak terhitung, dan bimbingan ilahi. Janji Tuhan kepada Abraham tentang keturunannya sering dikaitkan dengan bintang. Dalam Kejadian 15:5 TB, Tuhan berkata kepada Abraham:
Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: ”Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: ”Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.”
Ayat ini mengajarkan bahwa janji Tuhan sering kali jauh melampaui apa yang dapat kita bayangkan atau hitung, memberikan kita harapan yang besar. Selain itu, bintang digunakan sebagai petunjuk—yang paling terkenal adalah Bintang Betlehem yang menuntun orang Majus menuju tempat kelahiran Kristus. Ini mengajarkan kita bahwa Tuhan memberikan petunjuk di tengah kegelapan jika kita mau mencari dan mengikutinya.
KESIMPULAN
Fakta unik tentang bintang ini mengingatkan kita untuk mengangkat pandangan kita ke atas. Pertama, ia mengajarkan kita tentang harapan yang tak terbatas—bahwa bahkan dari debu, sesuatu yang luar biasa dan bercahaya dapat muncul. Kedua, ia mengingatkan kita bahwa kita harus menjadi seperti Bintang Betlehem: berani bersinar terang di tengah kegelapan dan menjadi panduan bagi orang lain yang sedang mencari jalan. Lihatlah bintang-bintang, pegang teguh janji Tuhan, dan bersinarlah dengan tujuanmu. (MA)
Ruang Kesaksian

"Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata:
”Penyakit itu tidak akan membawa kematian,
tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah,
sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.."
Yohanes 11:4 TB
Perkenalkan nama saya Rospita Sitorus, sejak tahun 2015 saya dan keluarga telah menetap di Colorado-USA. Awal tujuan kepindahan kami, adalah sebagai upaya memperbaiki kehidupan keluarga menjadi lebih baik lagi. Namun Tuhan mempercayakan kepada kami, bukan hanya tentang uang, tetapi juga hati yang rela melayani. Saya bergabung di BIC Denver (Rayon 50) dan melayani sebagai worship leader.
Dalam kesempatan ini saya ingin membagikan kebaikan Tuhan melalui kesaksian saya. Pada bulan Oktober 2022 saya dinyatakan terpapar COVID-19 untuk kedua kalinya. Padahal sudah satu setengah bulan saya isolasi mandiri di rumah; bahkan berobat ke dokter sampai tiga kali, namun saya merasa penyakit saya kali ini tidak juga kunjung sembuh, bahkan semakin memburuk.
Dibeberapa bagian tubuh saya mulai timbul ruam atau memar, mulut penuh dengan sariawan, napas pun mulai terasa berat sehingga sulit sekali untuk bernapas. Karena merasa curiga ada kelainan dari paru-paru saya maka tiga hari kemudian saya pergi ke dokter. Hasil pemeriksaan tidak terdapat pneumonia (radang paru-paru).
Karena keadaan saya tetap saja tidak membaik, saya kembali memeriksa diri ke klinik. Perawat yang melihat keadaan saya segera merujuk saya ke RS. Setibanya di UGD RS, saya diperiksa secara menyeluruh. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter memvonis saya menderita kanker darah.
Sebagai manusia saya tidak dapat menerimanya saat pertama kali mendengar vonis tersebut, karena saya tidak punya riwayat kanker dalam keluarga besar saya, selain itu saya juga sudah menjaga pola makan dan rajin berolahraga dengan menerapkan gaya hidup sehat.
Saat itu saya ditemani oleh gembala dan suami, hanya dapat terdiam lemas. Dokter belum dapat menentukan jenis kanker yang saya derita karena memang harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Siang itu, dokter memutuskan agar saya harus langsung di opname. Dokter menyarankan untuk segera ditangani dan kemoterapi, sebab apabila tidak akan berakibat fatal bagi hidup saya.
Selama di opname saya terus bergumul dan berdoa, saya tetap percaya bahwa ada mujizat Tuhan. Setelah tiga hari di rumah sakit, pada tanggal 24 November 2022, dokter menyuruh saya menandatangani surat untuk segera melakukan biopsi sumsum tulang belakang; guna mengetahui jenis kankernya.
Setelah bergumul akhirnya saya menandatangani surat tersebut. Sebagai manusia saya tidak dapat merubah suatu keadaan. Saya menerima apapun yang telah menjadi kehendak Tuhan atas kehidupan saya. Yang saya lakukan adalah menerima keputusannya Tuhan dan berdamai dengan diri saya sendiri.
Saya melihat ada penyertaan Tuhan ketika saya mulai berserah. Sekalipun saya menderita kanker leukemia, secara fisik tubuh saya tidak mengalami penurunan dan merasakan sakit dibanding dengan penderita leukemia lainnya. Dokter pun heran melihat kondisi fisik saya hingga mengatakan saya adalah special person.
Setelah dua hari kemudian hasil biopsi pun keluar dokter menyatakan bahwa saya menderita Acute Myeloid Leukemia (AML) atau Leukemia Myeloid Akut; jenis kanker darah dan sumsum tulang, yakni jaringan spons dalam tempat sel darah dibuat sehingga tidak dapat menghasilkan darah putih yang matang.
Mendengar penyataan dari dokter, saya sangat terkejut dan khawatir. Bagaimana bila sampai terjadi apa-apa dengan diri saya karena anak-anak saya masih kecil. Saya berusaha tidak ingin mencari tahu detail penyakit yang saya derita. Saya tidak ingin bertambah khawatir.
Fokus saya hanya membangun iman, berdoa dan merenungkan Firman serta menyembah Tuhan. Pada tanggal 25 November 2022 saya dipindahkan ke rumah sakit khusus kanker. Ketika menjalani proses kemoterapi, mulai saya mengalami rambut rontok dan merasa mual.
Setiap kali dokter bertanya: “apakah ada pertanyaan?” saya selalu menjawab: “kapan saya pulang?”. Akhirnya dokter memperkirakan bahwa saya dapat pulang sekitar bulan Januari 2023. Saya yang tidak merasakan sakit apa-apa menjadi bosan bila harus tinggal berlama-lama di RS. Sampai-sampai agar otot tubuh saya tidak menjadi kaku dan lemah, saya sering olah raga mengelilingi RS.
Pada tangggal 21 Desember 2022, saya kembali melakukan biopsi yang kedua, guna mengetahui apakah pengobatan yang diberikan berhasil atau tidak. Saya baru mendapatkan hasilnya di tanggal 26 Desember 2022 karena pada hari sebelumnya dokter yang bertugas sedang libur.
Dokter menghampiri saya dan berkata: “good news”, karena hasil biopsi yang kedua menunjukan sel kanker saya sudah tidak ada. Puji Tuhan, secara spontan saya berseru memuji Tuhan, dokter kembali menanyakan, “apakah ada pertanyaan?”. Saya menjawab: “kapan saya pulang?”. Dokter akhirnya mengijinkan saya pulang selesai biopsi ketiga di tanggal 27 Desember 2022.
Sekalipun hasil biopsi belum keluar, saya akhirnya diijinkan pulang. Pada tanggal 29 Desember 2022, appointment dokter yang pertama setelah keluar dari RS, dokter mengatakan bahwa saya harus di kemoterapi seumur hidup sekalipun sudah dinyatakan tidak diketemukan sel kanker, karena ia tidak mau mengambil resiko apabila penyakitnya timbul kembali.
Mendengar hal itu saya sangat terkejut dan menangis, saya berpikir untuk apa saya di kemoterapi lagi? Bukankah sudah tidak ada sel kanker pada hasil biopsi yang kedua. Saya tidak pernah mempelajari tentang kanker, saya pikir apabila sudah sembuh, pasti sembuh. Tetapi ternyata tidak seperti itu.
Setiap selesai kemoterapi saya merasakan tubuh saya lemah. Saya tidak ingin sepanjang hidup harus bergantung kepada orang lain. Saya mulai protes kepada Tuhan, saya berpikir lebih baik Tuhan memanggil saya pulang dari pada harus menyusahkan orang lain.
Saya memang telah berdamai dengan diri saya sendiri. Menerima kehendak Tuhan dengan tidak menyalahkan dan mempercayakan hidup saya kepada Tuhan. Saya tahu ada penyertaan Tuhan di dalam hidup saya.
Saya menangis histeris, merasa tidak ada lagi harapan. Saya menghubungi gembala serta teman saya yang pernah mengalami penyakit yang sama. Saya menceritakan bahwa saya harus melakukan kemoterapi seumur hidup. Saya katakan “untuk apa saya hidup. Lebih baik saya mati saja”.
Selesai didoakan dan dikuatkan oleh beberapa hamba Tuhan, saya akhirnya kembali tenang. Gembala saya berinisiatif mengadakan pertemuan dengan tim dokter. Gembala saya bertanya: "apakah masih percaya kepada mujizat?” Tetapi menurut medis tetap harus diberikan kemoterapi karena jenis kankernya tersebut.
Rencananya akan dilakukan 6 kali kemoterapi, setelah itu barulah cangkok sumsum tulang belakang. Cara itulah yang terbaik untuk pasien leukemia. Saya menyerahkan dan mempercayakan semuanya kepada penyertaan Tuhan.
Puji Tuhan, karena dokter melihat perkembangan yang bagus dari hasil pemeriksaan, akhirnya kemoterapi yang seharusnya dilakukan 6 kali cukup 2 kali. Dokter memberikan referensi untuk segera melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang.
Semuanya berjalan dengan lancar. Dokter bagian pencangkokan langsung merespon sehingga semuanya dapat berjalan lebih cepat dari jadwal yang diperkirakan. Sehingga pada tanggal 26 April 2023 dilakukan pencangkokan sumsum tulang belakang dengan pendonor anak saya sendiri yang sudah berumur 18 tahun. Tuhan seperti sudah mengatur segala sesuatu tepat waktunya. Pencangkokan harus ada hubungan keluarga, itupun dilihat dari kecocokan darah.
Puji Tuhan setelah dilakukan pemeriksaan, saya dan anak mempunyai kecocokan. Namun sekali lagi iman saya diuji. Dua minggu sebelum hari pencangkokan, dokter yang menangani anak saya mengatakan bahwa darah anak saya bermasalah; artinya tidak dapat menjadi pendonor karena akan mengakibatkan hal yang fatal bagi orangtuanya.
Sampai akan dilakukan pemeriksaan darah ulang, sebab mungkin saja terjadi kesalahan. Terus terang, mendapat kabar seperti itu saya kembali merasa tertekan dan menangis, saya kembali komplain dan kecewa kepada Tuhan. Saya katakan “Tuhan, apakah tidak cukup sampai di sini saja, mengapa terus ada masalah baru?”
Saya jadi mengkhawatirkan anak, yang dikatakan dokter bahwa darahnya bermasalah. Jangan sampai anak sayapun menderita penyakit yang sama dengan saya. Dalam pengumulan saya berdoa berseru kepada Tuhan, meratap kepada-Nya, saya tidak tahu lagi harus bagaimana, tetapi ternyata Tuhan mampu membalikkan segala keadaan, apa yang tidak mungkin bagi manusia itu mungkin bagi Tuhan.
Setelah melakukan pemeriksaan ulang dokter mengatakan bahwa darah anak saya normal kembali, puji Tuhan, mujizat terjadi. Akhirnya pencangkokanpun berjalan dengan baik. Saat saya masuk RS, Tuhan katakan bahwa penyakit yang Tuhan ijinkan terjadi bukan untuk mendatangkan kematian, tetapi untuk mendatangkan kesaksian dan membawa kemuliaan bagi Tuhan. Saya terus memperkatakan janji Tuhan.
Puji Tuhan sampai hari ini saya sehat oleh karena janji dan mujizat Tuhan. Terlalu mudah bagi Tuhan untuk menyembuhkan segala penyakit termasuk kanker. Saya mengalami Tuhan secara pribadi, Tuhan yang sangat baik dan penuh dengan mujizat. Pengharapan kita di dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan.
Melalui penyakit ini, Tuhan juga telah menyembuhkan jiwa dan karakter saya. Tuhan merubah paradigma saya, memulihkan hubungan saya dengan Tuhan. Saya kembali bergairah bersama Tuhan. Sekalipun secara fisik terasa lemah pasca pencangkokan namun secara roh, saya semakin dikuatkan. Pengharapan kita pasti akan menghasilkan sesuatu. Jangan pandang kepada apa yang kelihatan tetapi percaya dan yakinlah bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang hidup yang penuh dengan mujizat.
Penanggung Jawab :
Pdm. Robbyanto Tenggala
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.
