Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
KETAATAN DITENGAH KEMUSTAHILAN
Ruang Remaja
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan yang sempurna."
Roma 12:2(TB)
Kisah Nathan Te Rangi: Mengikuti Kristus di Tengah Budaya Bebas
Nathan Te Rangi adalah pemuda keturunan Māori dari Auckland, Selandia Baru. Ia tumbuh dalam keluarga yang hangat, tetapi tidak religius. Lingkungannya menjunjung tinggi kebebasan berpikir dan nilai-nilai liberal. Di masa remajanya, Nathan mengikuti arus: pesta, alkohol, dan hubungan bebas menjadi bagian dari hidupnya. Ia merasa “bebas”, tapi batinnya hampa.
Suatu hari, saat menghadiri pemakaman seorang teman yang meninggal karena overdosis, Nathan mulai mempertanyakan tujuan hidup. Dalam pencarian itu, ia mengikuti acara retret pemuda Kristen karena diundang oleh temannya. Di sanalah ia pertama kali sungguh-sungguh mendengar Injil—tentang pengampunan, kasih, dan identitas dalam Kristus.
Pertobatan Nathan membuat banyak teman dan bahkan gurunya menganggap ia “aneh”. Ia tidak lagi mengikuti budaya pesta, menolak hubungan sembarangan, dan mulai terlibat dalam pelayanan kampus. Beberapa orang mengoloknya sebagai “fanatik” dan “ketinggalan zaman”. Namun, Nathan tetap bertahan karena dia tahu hidup barunya adalah hidup yang sejati.
Hari ini, Nathan menjadi pembicara muda yang aktif melayani di komunitas pemuda Māori dan sekolah-sekolah negeri. Ia menggunakan musik tradisional dan budaya lokal untuk menyampaikan kasih Kristus kepada generasinya yang sedang haus makna.
Relevansi dengan Alkitab: Hidup Tidak Serupa Dunia
Roma 12:2 menekankan pentingnya pembaruan cara berpikir sebagai murid Kristus. Di Selandia Baru, tekanan untuk menyatu dengan arus budaya sangat besar, terutama untuk generasi muda. Kisah Nathan menunjukkan bahwa hidup benar bukan berarti ketinggalan zaman, tetapi justru menjadi terang di tengah kegelapan. Ketika orang lain mengejar kebebasan tanpa arah, anak Tuhan dipanggil untuk menunjukkan jalan kebenaran yang membawa damai sejati.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Tidak semua penderitaan datang dari penganiayaan fisik. Di dunia yang menjunjung kebebasan mutlak, orang Kristen seringkali “menderita” karena memilih hidup kudus. Nathan menunjukkan bahwa keberanian untuk berbeda bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan dari iman yang sejati. Menjadi terang bukan soal popularitas, tapi soal kesetiaan. (MA)
"True freedom is not doing whatever we want,
but living as God designed us to be."
Anonymous
Ruang Keluarga
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu konflik terbesar di dalam dunia pernikahan disebabkan oleh masalah keuangan. Tidak jarang bahwa masalah keuangan yang tidak terselesaikan ini dapat berujung kepada perceraian.
Menurut laporan Statistik Indonesia, jumlah kasus perceraian di Indonesia telah mencapai 447.743 kasus pada 2021, meningkat 53,50% dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 291.677 kasus. Dari laporan ini ditunjukkan bahwa kalangan istri adalah kalangan yang lebih banyak menggugat cerai ketimbang suami. Hal ini dibuktikan bahwa sebanyak 337.343 kasus atau 75,34% perceraian terjadi karena cerai gugat, yakni perkara yang gugatannya diajukan oleh pihak istri yang telah diputus oleh Pengadilan. Sementara itu, sebanyak 110.440 kasus atau 24,66% perceraian terjadi karena cerai talak, yakni perkara yang permohonannya diajukan oleh pihak suami yang telah diputus oleh Pengadilan.
Perselisihan dan pertengkaran terus-menerus menjadi faktor perceraian tertinggi pada 2021, yakni sebanyak 279.205 kasus. Sedangkan alasan dari kasus perceraian lainnya dilatarbelakangi oleh alasan ekonomi, ada salah satu pihak yang meninggalkan, kekerasan dalam rumah tangga, hingga poligami.
Keuangan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan keluarga. Keuangan yang dikelola dengan baik akan membawa kestabilan dalam keluarga, mengurangi stres, serta memungkinkan kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebaliknya, pengelolaan keuangan yang buruk dapat menyebabkan konflik, kecemasan, dan bahkan merusak hubungan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, penting bagi setiap keluarga Kristen untuk memahami prinsip-prinsip keuangan yang sehat agar dapat menjalani kehidupan yang penuh berkat dan kesejahteraan.
Pengelolaan keuangan bukan hanya tentang bagaimana menghasilkan dan mengatur uang, tetapi juga tentang bagaimana menggunakan uang sesuai dengan prinsip-prinsip firman Tuhan. Alkitab memberikan banyak petunjuk tentang bagaimana kita harus mengelola keuangan dengan bijaksana, penuh tanggung jawab, dan dengan hati yang bersyukur.
1. Prinsip Alkitabiah dalam Pengelolaan Keuangan
a. Tuhan adalah Pemilik Segala Sesuatu
Sebagai orang percaya, kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Tuhan. Mazmur 24:1 mengatakan, "Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya."
b. Bekerja dengan Rajin
Amsal 6:6-8 mengajarkan kita untuk belajar dari semut yang rajin bekerja dan mengumpulkan makanan untuk masa depan. Dalam 2 Tesalonika 3:10, Paulus juga menegaskan bahwa "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."
c. Mengelola dengan Bijaksana
Lukas 14:28 menasihatkan kita untuk membuat perhitungan sebelum memulai sesuatu, termasuk dalam hal keuangan. Kita harus merencanakan pemasukan dan pengeluaran dengan baik agar tidak terjerat dalam utang yang berlebihan atau gaya hidup konsumtif.
d. Memberi dengan Sukacita
Alkitab menekankan pentingnya memberi, baik kepada gereja, sesama yang membutuhkan, maupun pelayanan.
2 Korintus 9:7 berkata, "Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."
2. Praktik Pengelolaan Keuangan dalam Keluarga
a. Menetapkan Prioritas Keuangan
Setiap keluarga harus menetapkan prioritas dalam penggunaan uang. Prinsipnya adalah mendahulukan kebutuhan pokok, seperti makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan, sebelum mengalokasikan dana untuk kebutuhan sekunder.
b. Membuat Anggaran Keluarga
Anggaran adalah alat penting dalam pengelolaan keuangan. Dengan membuat anggaran, keluarga dapat mengetahui jumlah pemasukan dan mengatur pengeluaran agar sesuai dengan kemampuan finansial. Anggaran yang baik mencakup:
c. Menabung dan Berinvestasi
Amsal 21:20 mengatakan, "Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang bodoh memboroskannya."
Ini menunjukkan pentingnya menabung dan berinvestasi agar kita siap menghadapi masa depan dan tidak hidup boros.
d. Menghindari Hutang yang Tidak Perlu
Roma 13:8 berkata, "Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun, selain hutang kasih yang harus kamu berikan seorang akan yang lain."
Hutang yang berlebihan dapat menjadi beban bagi keluarga. Jika memang harus berhutang, pastikan itu untuk kebutuhan mendesak dan bukan untuk gaya hidup konsumtif.
e. Mengajarkan Anak tentang Keuangan
Pendidikan keuangan sejak dini sangat penting bagi anak-anak. Orang tua harus mengajarkan anak tentang nilai uang, menabung, dan memberi. Dengan demikian, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dalam mengelola keuangan mereka di masa depan.
3. Mengandalkan Tuhan dalam Keuangan
Kita harus selalu mengandalkan Tuhan dalam segala aspek keuangan kita.
Filipi 4:19 berkata, "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."
Ini berarti kita tidak perlu khawatir secara berlebihan tentang keuangan, tetapi tetap melakukan bagian kita dengan bijaksana dan percaya bahwa Tuhan akan mencukupkan kebutuhan kita.
Pengelolaan keuangan dalam keluarga bukan hanya soal strategi finansial, tetapi juga merupakan bagian dari ketaatan kepada Tuhan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitabiah dalam keuangan, membuat anggaran, menabung, memberi dengan sukacita, serta menghindari utang yang tidak perlu, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih sejahtera dan menjadi saluran berkat bagi sesama. Dengan bersandar pada Tuhan dan bijaksana dalam mengelola berkat-Nya, kita dapat menjalani hidup yang penuh damai dan mencerminkan kemuliaan-Nya melalui cara kita menggunakan keuangan. (TB)
Ruang Kesaksian
"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan,
yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yan penuh harapan."
Yeremia 29:11(TB)
Shalom,
Perkenalkan nama saya Inda berasal dari Flores. Saat ini saya masih kuliah sambil bekerja di daerah Badung (Bali). Dalam kesempatan ini, ijinkan saya untuk membagikan perjalanan hidup melalui kesaksian ini.
Rancangan Tuhan sungguh indah. Dia merancangkan hal yang luar biasa dalam kehidupan saya. Bukan karena kekuatan dan kehebatan, melainkan dari cinta kasih dan kuasa Tuhan Yesus dalam hidup saya.
Saya tumbuh dari tata cara keagamaan dan adat istiadat yang cukup kuat dalam ketaatan. Lingkungan keluarga saya masih tunduk dan percaya akan adat istiadat dengan arwah leluhur. Walaupun demikian saya tetap rajin pergi ke gereja, berdoa serta aktif dalam kegiatan anak muda.
Kewajiban kami adalah mematuhi adat istiadat dan melakukannya sebagai gaya hidup. Apabila ada yang tidak mematuhi dan melanggarnya kami percaya akan mendapat hukuman seperti sakit penyakit dan masalah yang datang silih berganti hingga akhirnya berujung kematian.
Saat itu saya belum mengenal kasih karunia Tuhan serta tidak mengerti tentang keselamatan. Namun saya mempercayai bahwa Tuhan Yesus Kristus sudah mati di atas kayu salib untuk menebus dosa umat manusia dan pada hari ketiga, Ia bangkit dan menang atas maut.
Sebagai seorang anak Tuhan Yesus, saya belum sungguh-sungguh di dalam Tuhan. Saya masih gemar berpesta pora sampai pagi, mabuk-mabukan, berpacaran tidak kudus. Kehidupan saya penuh dengan keduniawian dan menuruti keinginan daging. Saya merasakan perbuatan saya itu sudah banyak mendukakan Tuhan.
Bahkan ketika saya sedang mengalami kelemahan, kekecewaan, sakit penyakit serta dalam mengambil keputusan untuk masa depan, saya lebih memilih mempercayai leluhur nenek moyang kami dari pada Tuhan. Karena menurut saya jawaban doa dari Tuhan waktunya sangat lama, bahkan perlu kesabaran dan ketaatan. Bagi saya menunggu itu adalah hal yang sangat membosankan dan menjengkelkan.
Saya lebih suka memohon pertolongan dari arwah leluhur kami. Saya bahkan tidak jarang menyalahkan Tuhan apabila berdoa dan memohon kepada Tuhan tetapi tidak dikabulkan, saya jadi membenci Tuhan. Saat itu, sungguh perbuatan saya sudah melenceng dari Firman Tuhan dan tidak menyenangkan hati Tuhan Yesus.
Pada tanggal 5 Agustus 2020, pertama kali saya menginjakan kaki saya di tanah Dewata Bali. Bukan tanpa tujuan saya pergi ke sana tetapi bersama dengan sepupu saya akan mengikuti seleksi TNI AD (KOWAD) di Denpasar.
Hanya dalam kurun waktu seminggu, saya bersama dengan sepupu mendapat kabar bahwa kami gagal lolos di seleksi untuk ketahap berikutnya. Saya begitu kecewa, malu dan merasa putus asa. Semuanya bercampur menjadi satu dalam hati juga pikiran saya. Ditambah lagi adanya saudara dan orang-orang di kampung mencemooh saya dengan mengatakan bahwa saya hanya menghabiskan uang dengan hal yang tidak ada gunanya.
Saya hanya dapat menangis. Tetapi bersyukur dalam keputusasaan itu, ayah tetap mendukung. Dia memberi nasehat agar saya harus tetap bersemangat, jangan putus asa karena ini bukan akhir dari perjuangan.
Akhirnya saya memutuskan untuk menetap di Bali dan mencari pekerjaan. Puji Tuhan, sekalipun saya mengalami depresi namun saya masih dapat bangkit dan kuat melewati persoalan yang ada.
Pada awal bulan September 2020, saya dihubungi oleh teman sekolah yang kebetulan sudah bekerja lama di Bali, dia mengajak saya untuk tinggal bersama di kostnya Setelah satu bulan menganggur, akhirnya pada awal bulan Oktober saya mendapatkan pekerjaan di sebuah laundry. Puji Tuhan saya sudah dapat membantu teman saya untuk membayar kost bahkan dapat membagikan pendapatan saya kepada ayah dan adik-adik saya.
Namun setelah 8 bulan saya dipecat dan pada tanggal 3 Juni 2021, kembali saya menganggur. Saya terus berupaya untuk mencari pekerjaan baru tetapi tidak juga mendapatkannya.
Sebagai seorang manusia saya hampir putus asa. Saya mengambil keputusan apabila hingga bulan Desember 2021 belum juga mendapat pekerjaan, saya terpaksa harus pulang ke kampung. Dalam pergumulan itu saya tetap berdoa kepada Tuhan Yesus, dan tidak lupa memohon petunjuk dari leluhur kami.
Pada saat yang tidak diduga, teman saya menawarkan kepada saya untuk kuliah bersamanya di kampus terdekat. Dia akan membantu membiayai perkuliahan sampai saya sudah mendapatkan pekerjaan sendiri. Namun saat itu menolak karena saya tidak ingin kuliah lagi. Akhirnya teman saya kuliah sendiri dengan hasil kerja kerasnya.
Pada saat itu timbulah kebencian kepada Tuhan Yesus. Saya merasa Tuhan itu tidak adil, Tuhan pilih kasih. Tuhan hanya memberikan kesuksesan kepada orang lain tetapi tidak kepada saya. Saya memutuskan untuk jauh dari Tuhan. Saya tidak suka mendengarkan atau membaca hal-hal yang berhubungan dengan rohani. Saya jadi malas berdoa dan ke gereja.
Akhirnya pada tanggal 29 Nopember 2021, saya mendapat pekerjaan di suatu perusahaan menjadi security gudang. Saya sangat bahagia karena saya menganggap ini merupakan hadiah ulang tahun. Setelah seminggu saya beradaptasi dengan pekerjaan baru tersebut, saya mulai merasa akrab dengan lingkungan teman-teman baru.
Saya melihat bahwa teman-teman saya memiliki hobi dan kebiasaan yang sama dengan saya menjadi anak muda yang mencintai kenikmatan dunia seperti berpesta pora dan mabuk-mabukan. Tetapi saya melihat ada satu teman yang sungguh berbeda dari teman-teman lainnya.
Seorang teman pria yang takut akan Tuhan dan cukup akrab dengan saya. Dia sangat rajin beribadah, suka menyanyikan lagu-lagu pujian. Pada intinya dia sangat menyukai hal-hal rohani. Walaupun saya akrab tetapi saya menilainya sebagai pria yang berlebihan.
Saya merasa bosan dan malas bila sudah membicarakan tentang Tuhan atau menyanyikan lagu-lagu rohani. Tetapi entah kenapa saya merasa nyaman untuk berteman dengannya. Semakin lama saya bergaul dengannya saya merasa Tuhan mulai menjamah dan melawat diri saya. Tanpa saya sadari saya mulai menyukai lagu-lagu pujian. Saya mulai banyak bertanya tentang hal-hal yang rohani.
Perlahan saya merasa risih mendengarkan lagu-lagu dunia. Kemudian teman saya mulai mengajak saya untuk ikut ibadah di gereja. Saya merasakan damai sejahtera ketika mendengarkan lagu pujian. Jujur sebagai orang awam, saya sempat merasa terkejut dan takut ketika pertama kali mendengarkan bahasa Roh.
Tetapi hal itu tidak membuat saya berhenti, namun saya seperti haus dan rindu untuk berada di dalam ibadah itu. Saya mulai aktif mengikuti ibadah COOL, rumah doa sampai menara doa. Lambat laun melalui pengajaran, saya mulai mengerti kebenaran Firman Tuhan.
Pada tanggal 5 Juni 2022, saya menerima Tuhan Yesus sebagai Juru slamat pribadi, saya lahir baru. Tidak ada paksaan dari siapa pun, tetapi karena kerinduan saya sendiri. Puji Tuhan, ayah saya mendukung dan merestui keputusan itu.
Sungguh dahsyat pekerjaan Tuhan. Sejak saat itu saya merasakan kehidupan saya sungguh berubah. Saya dapat lebih mencintai Tuhan Yesus. Saya merasakan Roh Kudus menguasai diri saya. Perlahan-lahan keinginan daging yang dulu selalu saya sukai kini mulai menghilang.
Saya benar-benar merasakan lawatan Tuhan. Dengan saat teduh, membaca Firman Tuhan, saya mulai melakukan Firman Tuhan di dalam kehidupan saya. Saya minta pengurapan Tuhan agar mampu melakukan semua apa yang Tuhan inginkan sesuai dengan Firman-Nya.
Setelah beberapa bulan berlalu, saya mulai dipercaya untuk melayani sebagai singer di Gereja Mahogany Bali. Dan atas kebaikan Tuhan Yesus saya kini dapat melanjutkan pendidikan saya di salah satu kampus Sekolah Tinggi di Denpasar.
Saya mendapat kabar bahwa teman yang dulu pernah menawarkan saya kuliah bersamanya kini harus mengulang kuliahnya lagi dikarenakan kampus itu bermasalah dan harus ditutup. Mendengar hal itu saya sungguh bersyukur kepada Tuhan karena sudah mengurungkan niat kuliah di kampus tersebut. Karena Tuhan lebih mengetahui apa yang terbaik buat saya. Puji Tuhan, saat ini saya bisa kuliah, bekerja dan melayani Tuhan.
Saya percaya bahwa bila saya berada di Bali hingga saat ini, bukan karena rencana dan kehendak saya, tetapi Tuhan telah menetapkan dan merencanakan masa depan yang penuh dengan harapan.
“Bukan kamu yang memilih aku, tetapi Akulah yang memilih kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku diberikan-Nya kepadamu.”
Yohanes 15:16-17
Tuhan tidak akan mengingkari janji-Nya. Masa depan yang baik sudah diberikan. Perjalanan iman mungkin tidak selalu mulus. Tetapi percayalah Tuhan selalu menyertai. Apabila Tuhan mengijinkan masalah itu datang, Tuhan ingin agar kita sepenuhnya mencari Tuhan dan selalu berharap kepada-Nya. Setiap proses yang kita lewati Tuhan akan selalu ada menyertai dan tidak dibiarkannya kita jatuh tergeletak, sebab Tuhan adalah Bapa yang baik.
Saya percaya Tuhan terus mengubah kehidupan saya. Mujizat Tuhan yang dahsyat membuat saya memperoleh kasih karunia Tuhan Yesus. Sekarang kehidupan saya hanya dapat berserah kepada Tuhan dan harapan yang terbesar agar kiranya Tuhan Yesus memakai saya untuk lebih lagi menjadi garam dan terang bagi keluarga dan orang-orang sekitar saya. Haleluya. Amin.
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.