Umumya seorang pria atau wanita usia 25 hingga 40 tahun yang masih lajang di Indonesia seringkali menerima pertanyaan: "kapan nikah?" Bahkan ada kesan bahwa jika seseorang lajang yang telah menyelesaikan kuliahnya atau telah bekerja, menikah adalah suatu keharusan. Seakan-akan menjadi lajang bukanlah suatu hal yang wajar, sehingga timbul pertanyaan:
- "Mengapa seseorang menikah?"
- "Apa yang mendasari kita menikah?"
Jangan-jangan kita memasuki pernikahan karena “tekanan sosial”, bukan karena panggilan Tuhan dalam kehidupan kita. Ini merupakan dasar yang tidak kuat dalam membangun sebuah pernikahan.
Hampir semua pernikahan kristen memiliki masalah yang jauh lebih dalam daripada sekedar yang disadari, karena kita memasuki pernikahan dengan dasar yang tidak kuat; bukannya pengertian dan persiapan yang benar memasuki pernikahan sebagaimana tujuan Allah bagi pernikahan yang diungkapkan dalam Alkitab. Tidak memperhitungkan begitu banyak aspek yang menjadi konsekuensi daripada sebuah pernikahan.
Banyak dasar yang tidak kuat yang menjadikan seorang Kristen menikah, yaitu berpusat pada kebahagiaan pribadi diri sendiri, untuk memenuhi pencapaian pribadi diri sendiri, dan sementara itu mereka mengabaikan, bahkan kehilangan tujuan utama.
Ada beberapa dasar pernikahan yang tidak kuat yang sering dijadikan alasan bagi pasangan untuk menikah :
- Karena sudah tamat sekolah dan sudah bekerja:
- Karena desakan orang tua
- Karena tidak tahan kesepian
- Karena umur sudah lanjut
- Karena tuntutan adat istiadat, dll
Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa pernikahan adalah suatu relasi antara Allah - suami – isteri. Membangun relasi pernikahan dibutuhkan komitmen dan kerjasama seumur hidup untuk dapat saling menyatukan diri dengan cara dan pola yang benar. Di awal kitab Kejadian kita menemukan rancangan Allah untuk pernikahan. (Kejadian 2:18-25)
Saat masuk dalam pernikahan, maka setiap pasangan akan memainkan peranan yang baru, baik sebagai suami maupun sebagai istri, bahkan ketika mempunyai anak, setiap pasangan akan memainkan peranan sebagai orangtua. Memasuki pernikahan berarti siap menjalankan peran tersebut dengan berkomitmen seumur hidup hingga kematian memisahkan. Karena itu setiap pasangan yang mau memasuki sebuah pernikahan memerlukan persiapan dan pengertian yang benar akan pernikahan. Namun, seringkali pasangan yang akan menikah lebih berfokus ke persiapan teknis seperti pemilihan gedung, pakaian adat, serta catering. Tidak salah dalam menyiapkan hal-hal teknis pernikahan tersebut, tetapi itu bukanlah hal yang hakiki daripada sebuah pernikahan kristen.
Kesiapan menikah bisa diartikan sebagai kesiapan untuk ber komitmen dan bertanggung jawab dalam pernikahan. Kesiapan ini mencakup area-area spiritual, emosional, fisik dan finansial.
KESIAPAN SPIRITUAL
Setiap pasangan harus memahami tujuan dan rencana Tuhan untuk sebuah pernikahan dan keluarga. Dalam persiapan pernikahan, hal yang paling utama adalah kita harus memalingkan hati kita kepada-Nya, kemudian kepada Firman-Nya sebagai panduan yang tepat dan memadai bagi pernikahan dan keluarga kita. Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk membangun pernikahan dan keluarga yang memiliki visi Allah. Jawablah pertanyaan ini: Apa visi Allah dalam (perjalanan) keluarga yang hendak kita bangun? Kesamaan visi Allah dalam sebuah pasangan adalah dasar daripada segala dasar pernikahan.
KESIAPAN EMOSIONAL
Kesiapan emosional tidak kalah pentingnya, karena masuk dalam pernikahan itu berarti kita menikah dengan orang yang tidak sempurna, punya kelebihan dan kekurangan. Kita harus siap menerima setiap kekurangan pasangan kita. Kita akan menjumpai perbedaan-perbedaan pada pasangan kita dan keluarga besarnya; mulai dari perbedaan karakter, perbedaan bahasa komunikasi, perbedaan pemikiran, bahkan seringkali perbedaan nilai! Kita harus siap menerima dan menangani perbedaan-perbedaan tersebut untuk saling melengkapi satu dengan yang lain. Ini memerlukan kedewasaan secara emosional. Dalam pernikahan, kita juga harus siap dengan perubahan, bahkan jika perubahan itu tidak sesuai dengan harapan kita.
KESIAPAN FISIK
Kesiapan secara fisik, dalam menjalani pernikahan penting untuk kita sehat secara jasmani agar tetap kuat dalam menjalani setiap peran dan tanggung jawab masing-masing. Gaya hidup yang sehat merupakan salah satu ekspresi komitmen untuk mengokohkan kelangsungan keluarga yang kita bangun. Banyak pernikahan yang hancur ditengah jalan disebabkan gaya hidup pasangan yang tidak sehat, misalnya : rokok, dugem, miras, judi dan seterusnya.
KESIAPAN FINANSIAL
Kesiapan ini mencakup persiapan tempat tinggal yang tetap, penghasilan bulanan yang tetap, dan kesepakatan dalam perencanaan serta pengelolaan keuangan keluarga. Pada masa ini sebuah pesta pernikahan membutuhkan dana yang cukup besar, sedangkan pasca pesta tersebut kita langsung diperhadapkan dengan 'proyek' selanjutnya; persiapan akan kelahiran anak, pemeliharaannya, pendidikannya dan seterusnya. Setiap pasangan perlu punya landasan keuangan yang siap meng handle area ini juga.
Jadi, bagi Anda yang mungkin punya rencana untuk menikah, ada baiknya merefleksikan hal-hal berikut ini:
- Apakah Anda sudah mengetahui apa tujuan dan visi Allah dalam pernikahan?
- Apakah Anda sudah mampu berkomunikasi dengan sehat dan menyelesaikan konflik dengan baik dengan pasangan?
- Apakah Anda sudah memiliki rencana finansial saat menikah nanti?
- Apakah Anda dan pasangan sudah pernah membicarakan pembagian peran saat menikah nanti?
- Apakah pasangan Anda sudah mampu beradaptasi dengan kebiasaan keluarga Anda?
- Apakah Anda sudah bisa beradaptasi dengan kebiasaan keluarga pasangan?
- Apakah Anda sudah mempersiapkan tempat tinggal - setelah menikah?
- Berapa jumlah anak yang Anda inginkan?
Masih banyak lagi pertanyaan yang perlu ditanyakan dan menjadi bahan evaluasi sebelum menikah. Mari selamatkan pernikahan kita sebelum pernikahan itu; dimulai dengan memiliki KESIAPAN. (TB)