"Dan mereka semuanya makan sampai kenyang.
Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa,
dua belas bakul penuh."
Matius 14:20
Peristiwa murid-murid Yesus memberi makan kepada ribuan orang dari lima roti dan dua ikan, tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Namun dibalik kisah mujizat ini, sebenarnya ada banyak hal berharga yang bisa kita gali bagi kehidupan karir dan kehidupan pribadi kita. Penuaian berkat karena mujizat, siapa yang tak ingin mengalaminya? Semua orang tentu mau merasakan keajaiban dari Allah. Namun sebelum berkat atau mujizat datang, pastikan kita punya respon yang benar di hadapan-Nya.
Kala itu, para murid sedang diperhadapkan dengan sebuah masalah. Ribuan orang datang mendengarkan khotbah Yesus, tapi hari sudah makin larut sehingga tidak mungkin mereka kembali dengan perut kosong. Jika itu terjadi, orang-orang itu bisa tumbang di tengah jalan. Jadi, keadaannya bagi murid-murid cukup genting. Mereka diminta menjawab kebutuhan orang, tapi mereka sendiri tidak memiliki uang atau hal yang bisa memberi solusi. Awalnya, mereka mengelak. Mereka berusaha cuci tangan, melarikan diri dari kenyataan dengan menyuruh orang banyak itu pulang saja. Akan tetapi Yesus berpikir lain, bahwa tantangan mesti dihadapi bila ingin melihat mujizat terjadi.
Bila kita pun ingin mengalami
EXTRAORDINARY BLESSING, belajarlah dari kisah ini:
1. Kenalilah KEBUTUHAN Orang Banyak
Dari penjelasan diatas mulanya para murid berupaya lari dari tanggung jawab, namun oleh perkataan Sang Guru akhirnya mereka taat. “Tetapi Yesus berkata kepada mereka:
“Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan."
Matius 14:16
Memberi makan, bicara tentang memberkati atau melayani orang lebih dulu. Itu juga berarti kita mau mengesampingkan ego, mengutamakan kepentingan orang sekitar dahulu.
John C. Maxwell pernah berujar,
“Orang tidak peduli seberapa banyak yang kita tahu, sampai mereka tahu seberapa banyak kita peduli.”
Sayangnya, banyak orang ketika terdesak kebutuhan diri sendiri, cenderung makin ‘
selfish’, terfokus kepada diri sendiri dan bukannya terfokus kepada kebutuhan orang banyak. Padahal, orang-orang yang terbilang berhasil dalam kehidupannya adalah orang-orang yang peka melihat kebutuhan yang sedang eksis.
2. Sadarilah POTENSI yang Kita Miliki
Para murid berujar,
“Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan."
Matius 14:17
Berapa banyak dari kita yang juga sering berkata:
- Saya hanya punya skill terbatas.
- Modal saya cuma sekian persen dari yang diperlukan.
- Bakat saya hanya satu.
Ya, tak sedikit pribadi yang kurang menyadari; apalagi mensyukuri potensi yang Tuhan beri. Tapi tahukah Anda langkah selanjutnya yang perlu dilakukan agar kita mengalami berkat yang tidak biasa adalah dengan memahami POTENSI diri dan bukannya mengecilkan kemampuan diri sendiri?
Sadari bahwa lima roti dan dua ikan pun dapat mengubah keadaan. Sadarilah bahwa hal yang sedikit, yang kecil pun di tangan Allah yang besar, itu mampu mendatangkan mujizat. Jadi, berhentilah meremehkan potensi kita, dan mulailah bersandar pada kekuatan-Nya. Ya, mulailah menginventarisir sekecil apa pun potensi-potensi yang kita miliki. Sebab, tidak ada yang terlalu kecil, di tangan Allah yang besar.
Bill Porter adalah seorang penderita celebral palsy, yakni orang yang mengalami kurangnya asupan oksigen ke otak saat lahir sehingga mengakibatkan perkembangannya abnormal pada kendali otot dan gerakan, namun ia dimampukan mencetak prestasi sampai menerima penghargaan dari perusahaannya, Watkins, sebagai penjual terbanyak. “Meski tubuh melemah, saya masih menelepon pelanggan-pelanggan lama untuk pesanan-pesanan mereka dan terus mengikuti perkembangan apa yang berubah dalam hidup mereka.”
Yang lemah sekalipun jika melekat kepada Sang Sumber Berkat akan melejit dengan cepat.
3. Libatkanlah Campur Tangan TUHAN
Lima roti dan dua ekor ikan, tidak menjadi apa-apa, tidak jadi berlipat ganda, sampai itu dibawa kepada Tuhan. Pernahkah kita berpikir bagaimana seandainya jika bekal anak itu tetap ada di tangan murid-murid? Pasti akan tetap jadi makanan yang terbatas jumlahnya, bahkan akan habis dimakan oleh anak itu.
Ketika Yesus berkata:
“Bawalah ke mari kepada-Ku.” (
Matius 14:18)
, mereka melakukannya.
Renungkan ini, ketika gadget kita rusak, ke mana kita akan membawanya? Saat barang elektronik kita tidak berfungsi dengan semestinya, ke mana kita akan pergi untuk memperbaikinya? Apakah kita akan membawanya kepada orang yang belum punya pengalaman apa-apa? Apakah kita menyuruh orang yang skillnya minim untuk memperbaiki kerusakannya? Tidak bukan? Pasti kita akan mencari dan membawanya kepada orang yang ahli di bidangnya. Maka, jangan pernah melupakan peranan Tuhan.
Di tempat usaha, bangunlah sebuah mezbah doa. Persekutuan Doa Kantor sebenarnya adalah sebuah ekspresi bahwa kita mengandalkan Tuhan dan melibatkan-Nya untuk CAMPUR TANGAN. Jangan melangkah dengan kekuatan sendiri.
“Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."
Amsal 3:6
4. Jadilah PENGELOLA Yang Bijak
Setelah lima roti, dua ikan dibawa kepada Yesus, Ia menyuruh murid-murid membagi orang banyak itu dalam kelompok-kelompok kecil, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Kemudian Yesus mengucap berkat, memecah-mecahkan makanan tersebut lalu memberikannya kepada para murid. Murid-murid segera membagikannya kepada orang banyak.
Hasilnya, bukan saja ribuan orang mendapat bagiannya, namun juga ada lebihnya 12 bakul. Itulah yang pada akhirnya menjadi milik murid-murid Yesus untuk mereka nikmati. Ya, bukan kebetulan lebihnya adalah 12 bakul, pas dengan jumlah murid Yesus.
Kadang orang kurang bijaksana mengelola waktu, mengelola aset atau mengelola anak buah. Alhasil, bukan hanya segalanya jadi terbengkalai, bahkan ia sendiri tidak bisa menikmati hasil dari kerjanya selama ini. Oleh sebab itu, mari jangan hanya sekedar sibuk atau yang penting bergerak. Mainan kuda-kudaan itu terus bergerak, tapi ia tidak berjalan ke mana-mana, tidak mencapai apa-apa. Sebaliknya, mohonlah hikmat-Nya agar kita dimampukan menjadi PENGELOLA yang bijak.
“Tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat."
Pengkotbah 10:10B
5. Melangkahlah Dengan IMAN
Pernahkah kita bayangkan bagaimana perasaan murid-murid ketika membagi pecahan-pecahan makanan yang super sedikit itu kepada orang banyak? Ada rasa kuatir tentunya. Mereka bisa saja berpikir, “Mustahil rasanya kalau semuanya kebagian makanan. Bagaimana jika ada yang tidak dapat, lalu mereka protes dan memukul saya? Habislah saya!”
Sekalipun mereka mungkin diintimidasi oleh pikiran negatif, mereka tetap melangkah dengan IMAN. Sementara, mereka bergerak, berjalan menghampiri orang-orang, mujizat pun terjadi!
Ya, seringkali mujizat menunggu
action kita. Lihatlah, kisah lainnya. Lautan tidak terbelah, sampai Musa mengangkat tongkatnya. Air sungai Yordan tidak akan sibak sampai para imam mencelupkan kaki mereka dalam sungai.
“Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di tepi sungai itu -- sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai."
Yosua 3:15
Maka, jangan hanya menantikan berkat dan mujizat, namun melangkahlah dengan IMAN sesuai tuntunan Tuhan. (
MORE)