Menabur untuk Mendukung Pelayanan
Posted by Admin 2025-10-03
 
                        Sharing Supplemen COOL Oktober 1 2025
Menabur untuk Mendukung Pelayanan
2 Korintus 9:6–15
Setiap pelayanan membutuhkan doa, pengurapan Roh Kudus, dan kesetiaan hamba-hamba Tuhan. Namun kita tidak bisa menutup mata bahwa pelayanan juga membutuhkan dukungan secara finansial. Rasul Paulus dalam 2 Korintus 9 berbicara dengan jujur tentang hal ini. Ia sedang mengumpulkan bantuan untuk jemaat di Yerusalem yang sedang mengalami kesulitan, dan ia mengajar jemaat Korintus tentang arti memberi yang benar. Firman ini berbicara langsung ke dalam hidup kita hari ini. Memberi atau menabur bukan soal jumlah uang yang kita miliki, tetapi soal iman, hati, dan pengakuan bahwa Allah adalah sumber segalanya. Mari kita pelajari 3 prinsip penting dari nasihat Paulus tentang menabur untuk mendukung pelayanan:
1. Menabur adalah hukum rohani (ayat 6–7)
Paulus membuka dengan contoh yang mudah dimengerti: “Orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga.” (ayat 6). Semua orang paham soal ini, karena ini sudah merupakan hukum alam. Tapi Paulus menekankan bahwa hal ini juga berlaku dalam hal rohani. Maksudnya, cara kita memberi, entah sedikit atau banyak, dengan hati rela atau terpaksa, akan berpengaruh pada hasil rohani yang kita dapat. Tuhan tidak mau kita memberi karena paksaan atau sekadar kewajiban. Paulus berkata:
“Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (ayat 7). Jadi yang penting bukan sekedar besar kecilnya jumlah yang kita berikan, tapi juga motivasi hati saat kita memberi. Sebagai insan Pentakosta, kita percaya Roh Kudus menuntun seluruh hidup kita, termasuk dalam hal memberi. Memberi bukan rutinitas, melainkan respon iman. Roh Kudus yang memenuhi hati kita dengan kasih, juga yang menumbuhkan sukacita ketika kita menabur. Karena itu, orang yang dipenuhi Roh biasanya juga rela dan sukacita dalam memberi.
Setiap kali kita memberi, mari kita tanya diri kita: apakah saya memberi dengan sukacita atau masih merasa terpaksa? Apakah saya sungguh percaya bahwa apa yang saya tabur akan jadi benih rohani yang berbuah untuk kemuliaan Tuhan?
2. Allah yang mencukupkan dan menumbuhkan (ayat 8–10)
Setelah menyampaikan tentang hati dalam memberi, Paulus memaparkan landasan teologisnya: “Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam berbagai pekerjaan baik.” (ayat 8). Inilah kuncinya! Sumber hidup kita bukan gaji, usaha, atau tabungan, tapi Allah sendiri. Paulus menjelaskan bahwa Allah bukan hanya memberi benih untuk ditabur, tapi juga membuat benih itu bertumbuh (ayat 10). Artinya, kita ini hanyalah pengelola, bukan pemilik sepenuhnya. Kita menabur, tapi Allah yang menumbuhkan.
Hal ini cocok sekali dengan iman Pentakosta. Kita percaya Roh Kudus bisa bekerja nyata dalam pemeliharaan setiap hari. Walau logika kita bilang “tidak cukup,” Roh Kudus mampu membuka jalan, memberi hikmat, bahkan melakukan mujizat. Banyak orang bersaksi, ketika mereka berani memberi di tengah kekurangan, justru di situ mereka melihat tangan Tuhan nyata bekerja. Sering kali kita menahan diri untuk memberi karena takut jika memberi maka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tapi justru itu saatnya kita belajar melangkah dengan iman. Kita bisa berkata: “Tuhan, Engkaulah sumberku. Aku menabur bukan karena aku punya banyak, tetapi karena aku percaya Engkau yang mencukupkan dan menumbuhkan.”
3. Menabur menghasilkan rasa syukur dan kesaksian (ayat 11–15)
Paulus menjelaskan tujuan akhir dari memberi: “Kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.” (ayat 11). Jadi hasil dari memberi bukan sekedar tentang uang yang terkumpul, tapi banyaknya ucapan syukur yang naik kepada Tuhan. Orang yang menerima bantuan akan merasa dikuatkan, mereka akan bersyukur, dan bahkan mendoakan orang yang sudah memberi. Dengan begitu, hubungan dalam tubuh Kristus jadi makin erat. Paulus menutup bagian ini dengan seruan: “Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!” (ayat 15). Artinya, memberi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan, tapi juga membuat penyembahan dan kesaksian semakin luas.
Sebagai orang Pentakosta, kita percaya bahwa menabur ikut mendukung misi Injil sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8). Dukungan finansial membuat pelayanan bisa terus berjalan. Baik itu misi ke desa, pelayanan anak, pembangunan gereja, maupun penginjilan. Setiap rupiah yang kita tabur tidak pernah sia-sia. Itu berubah menjadi kesaksian nyata: jiwa diselamatkan, jemaat dibangun, dan nama Tuhan dimuliakan. Karena itu, setiap kali kita memberi, bayangkan ini: “Lewat taburanku, ada orang yang mengucap syukur kepada Tuhan. Ada doa yang dinaikkan. Ada jiwa yang dijangkau.” Dengan cara pandang ini, memberi tidak lagi jadi beban, tapi menjadi sukacita yang besar.
Penutup
Menabur untuk mendukung pelayanan bukanlah sekadar soal keuangan, tetapi soal iman. Paulus mengingatkan kita bahwa menabur adalah hukum rohani, bahwa Allah adalah sumber yang mencukupkan, dan bahwa hasil akhirnya adalah gelombang syukur yang memuliakan Allah. Dalam terang Pentakosta, menabur bukan berarti kehilangan, tetapi kesempatan untuk melihat Roh Kudus bekerja mencukupkan kebutuhan, memperluas pelayanan, dan membawa jiwa-jiwa kepada Kristus. Mari kita menabur dengan sukacita, karena setiap benih yang kita tanam dalam kerajaan Allah akan berbuah lebat bagi kemuliaan-Nya. (DL)
Diskusi
Selain melalui persembahan di Gereja, pernahkah saudara menabur untuk pelayanan tertentu?