MENABUR UNTUK KEHIDUPAN YANG KEKAL

Posted by Admin 2025-10-24

blog-post-image

MENABUR UNTUK KEHIDUPAN YANG KEKAL
Commander of Thousand – (Minggu 4 - Okt 2025)

Bahan Bacaan :
Lukas 12:16-21"Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

 

Penjelasan Materi :
Guys, bayangkan kalau suatu hari kamu bangun tidur, dan di HP-mu muncul notifikasi: “Selamat, kamu baru saja dapat unlimited saldo di rekening, tapi dengan syarat: kamu hanya bisa pakai uang itu selama 24 jam, setelah itu semua akan hilang.” Apa yang kamu lakukan? Kebanyakan dari kita pasti langsung mikir belanja gila-gilaan, jalan-jalan, atau pesta sepuasnya. Tapi, sadar nggak? Itulah gambaran hidup kita di dunia. Tuhan kasih kita “saldo” berupa waktu, tenaga, dan berkat—tapi semua itu punya batas. Yang kita pakai hanya untuk diri sendiri akan lenyap, tapi yang kita tabur untuk Tuhan akan berubah jadi investasi kekal. Inilah pesan Yesus dalam Lukas 12:16–21: jangan sibuk menimbun di lumbung bumi, tapi taburlah untuk kehidupan yang nggak pernah habis— kehidupan yang kekal.

3 Pengertian dari Lukas 12:16–21.

1. Kekayaan bukan tujuan akhir, melainkan sarana sementara
Orang kaya dalam perumpamaan itu tidak salah karena ia kaya, tapi ia salah karena cara pandangnya. Ia pikir kekayaan adalah tujuan akhir, sehingga sibuk membangun lumbung lebih besar untuk menimbun hasil panen. Padahal kekayaan itu hanya sarana—bukan akhir. Bayangkan uang seperti charger HP. Charger itu penting, tapi tujuan akhirnya bukan sekadar punya charger, melainkan supaya HP-mu bisa hidup dan dipakai maksimal. Sama halnya, berkat yang Tuhan kasih bukan untuk ditimbun, melainkan untuk dipakai sesuai tujuan-Nya. Mazmur 24:1 berkata, “Bumi serta segala isinya adalah milik TUHAN.” Jadi, setiap berkat, uang jajan, talenta, bahkan follower di medsos itu titipan Tuhan. Pertanyaannya: apakah kamu memakainya untuk sekadar “charging” egomu, atau untuk memuliakan Tuhan?

2. Kesombongan rohani terjadi ketika kita merasa hidup ada di tangan kita
Orang kaya itu berkata: “Jiwaku, tenanglah, bersenang-senanglah!” Seakan-akan dia punya kendali penuh atas hidupnya. Tapi Tuhan langsung “cut” ilusi itu: “Malam ini juga jiwamu akan diambil.” Sedih banget, kan? Tapi itulah kenyataan. Hidup manusia rapuh, seperti uap (Yakobus 4:14). Anak muda sering punya ilusi bahwa hidup masih panjang. “Santai aja bro, aku masih 16 tahun, masih banyak waktu.” Tapi siapa yang jamin? Bahkan kesehatan, popularitas, dan rencana masa depan bisa hancur dalam satu malam. Alkitab mengajarkan bahwa hanya Allah yang berdaulat penuh atas hidup (Kej. 2:7 – Dialah yang memberi napas). Jadi, kesombongan terbesar manusia bukan saat pamer kekayaan, tapi saat merasa hidup ada di tangan sendiri. Hidup ini bukan milikmu setiap napas adalah “pinjaman” dari Tuhan.

3. Hidup yang bijak adalah menabur untuk kekekalan, bukan sekadar menimbun di bumi
Yesus tutup dengan kalimat yang tajam: “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” Kaya di bumi itu oke, tapi yang Yesus minta: kaya di hadapan Allah. Caranya? Dengan menabur untuk kekekalan. Matius 6:20 berkata: “Kumpulkanlah bagimu harta di sorga.” Artinya, setiap kali kamu memberi, melayani, mengasihi, atau memimpin orang lain kepada Kristus, kamu sedang menaruh investasi di rekening surgawi yang nilainya tidak pernah anjlok / turun. Bayangkan begini: semua barang dunia itu seperti skin di game online. Kamu bisa habiskan jutaan buat kelihatan keren, tapi ketika server ditutup, semuanya hilang. Tapi kalau kamu tabur dalam Kristus, itu seperti punya akun dengan “data eternal cloud”—nggak akan pernah dihapus, tetap bertahan sampai kekekalan”.

 

Guys, kita sering sibuk bangun “kerajaan kecil” kita sendiri—koleksi outfit, like di Instagram, gadget terbaru—tapi semua itu seperti pasir yang hilang ditiup angin. Satu hari nanti, waktu akan berhenti, dan apa yang kamu tabur hari ini akan berbicara untuk selamanya. Pertanyaannya sederhana tapi mengguncang: maukah kamu dikenal di surga sebagai generasi yang menimbun untuk diri sendiri, atau sebagai generasi yang berani menabur untuk Kristus? Ingatlah, harta dunia berakhir di museum atau kuburan, tapi harta yang kamu tabur bagi Tuhan akan bersinar dalam kekekalan. So, jangan sia-siakan hidupmu untuk hal yang sementara—jadilah generasi yang berinvestasi dalam kekekalan! Amin.

 

Bahan Diskusi:
(1) "Kalau Tuhan panggil kamu malam ini, apa yang akan Dia temukan dalam hidupmu: lumbung penuh atau hati yang kaya bagi Allah?”
(2) “Apa satu hal kecil yang bisa kamu tabur minggu ini — entah waktu, berkat, atau talenta — untuk menghasilkan dampak kekal?” (HE)