Menabur Memiliki Dampak Kekal
Posted by Admin 2025-10-17
 
                        Sharing Supplemen COOL Oktober 3 2025
Menabur memiliki Dampak Kekal
Lukas 12:16-21
Cerita perumpamaan yang Tuhan Yesus sampaikan di ayat yang telah kita baca diatas, erat hubungannya dengan kekayaan dan penaburan. Kita telah berbicara banyak mengenai menabur dan kekayaan selama satu bulan ini, sekarang kita melihat Tuhan Yesus mengajar mengenai pentingnya untuk tidak mengumpulkan harta untuk demi sendiri, tetapi sebaliknya menjadi berkat bagi banyak orang. Konteks Lukas 12 ini, secara keseluruhan Tuhan Yesus banyak mengangkat perihal kekayaan dan kekhawatiran akan ketersediaan harta untuk memastikan kehidupan sehari-hari dapat berjalan dengan baik. Dari ayat 16-21 setidaknya ada 2 (dua) hal yang dapat kita pelajari:
1. Jangan mengumpulkan harga hanya demi kesenangan diri kita sendiri belaka.
Dari cerita yang dikisahkan oleh Tuhan Yesus ini, jelas sekali bahwa orang yang kaya dalam kisah ini adalah orang yang fokusnya hanyalah dirinya sendiri. Membangun “tempat” untuk menyimpan harta kekayaan tentulah tidak salah. Kita dapat menyimpan harta kita di bank, atau dalam bentuk tabungan atau aset. Tidak ada yang salah mengenai hal ini. Tetapi di ayat 19, terlihatlah motivasi dari si orang kaya ini bahwa ia hanya ingin menikmati harta itu sendirian dan dengan berfoya-foya. Frase “makan minum bersenang-senanglah” bukanlah sesuatu yang positif dalam kisah ini, melainkan negatif; sesuatu yang bersifat self-indulgence atau memanjakan/memuaskan diri sendiri.
Apa sebutan Allah bagi orang yang melakukan tindakan seperti orang kaya dalam kisah ini. Di ayat ke-20 orang semacam ini disebut Orang Bodoh. Saudara tentu tidak ingin dikatakan sebagai orang bodoh bukan? Apalagi kalau sampai yang mengatakan hal itu adalah Tuhan. Segeralah bertobat jika melakukan hal tersebut, sebab akibatnya bisa fatal.
2. Gunakan harta dan berkat kita dari Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya: menjadi berkat bagi orang lain.
Tuhan Yesus mengingatkan kita pada ayat ke-21 agar kita tidak menjadi seperti orang bodoh dalam kisah tersebut, tetapi sebaliknya baiklah kita menjadi kaya di hadapan Allah. Kaya di hadapan Allah adalah dengan memperhatikan sekeliling dan menjadi berkat bagi mereka yang membutuhkan. Allah tidak pernah memberikan berkat hanya untuk keuntungan diri sendiri, melainkan juga untuk menjadi kesaksian dan berkat bagi orang lain.
Rasul Paulus lebih lanjut menjelaskan hal ini dengan baik dalam 1 Timotius 6:17-19 (TB2), “(17)Peringatkanlah orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, mnelainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. (18) Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam perbuatan baik, suka memberi dan membagi. (19) Dengan demikian mereka mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.” Sungguh sangat jelas apa yang diperingatkan Rasul Paulus ini.
Penutup
Bulan ini kita telah belajar untuk menabur bagi pelayanan, mengutamakan Tuhan diatas kekayaan dan bagaimana menggunakan kekayaan itu untuk menjadi berkat bagi orang lain. Ditengah dunia yang sedang krisis ekonomi --bahkan sekalipun kita juga terkena dampaknya-- ingatlah bahwa kita tetap dipanggil Allah untuk menjadi berkat bagi orang lain. Taburan kita, apapun bentukny, tidak selalu akan kembali dalam bentuk tuian yang kita nikmati saat ini. Tapi satu hal yang pasti, taburan kita ternyata memiliki dampak kekal; baik sebagai berkat kepada pelayanan atau orang yang kita bantu, maupun sebagai tanda nyata iman percaya kita kepada Tuhan yang tidak akan membuat kita menjadi jatuh miskin karena kita menjadi berkat bagi orang lain. Amin. (CS).
Diskusi:
Selain kepada keluarga, kapan terakhir saudara menggunakan harta/kekayaan saudara untuk membantu mereka yang dalam keadaan membutuhkan?