HATI YANG MENYEMBAH
Posted by Admin 2025-10-13

HATI YANG MENYEMBAH
Yohanes 4:23-24
“Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Penyembahan seringkali kita kaitkan dengan musik, nyanyian yang megah atau suasana ibadah yang meriah. Kita mengukur kedalaman penyembahan dari seberapa hebat tim pujian penyembahannya, seberapa bagus suara kita bernyanyi atau seberapa emosional kita larut dalam suasana penyembahan. Namun, adakah yang hilang dari fokus kita? Apakah inti penyembahan kita masih benar-benar tentang Yesus?
Ketika kita datang ke hadapan Tuhan, Dia mencari motivasi di balik setiap tindakan kita. Apakah kita menyanyi hanya karena liriknya bagus, atau karena kita benar-benar merindukan hadiratNya? Tuhan Yesus dengan tegas mengajarkan bahwa penyembahan sejati harus dalam Roh dan Kebenaran, ini berarti kita harus tulus dan sesuai dengan FirmanNya.
Seringkali tanpa sadar kita menjadikan penyembahan sebagai pertunjukan. Penyembahan yang sejati adalah pengakuan bahwa Yesus adalah Raja yang layak atas segala hormat dan pujian. Kita tidak menyembah hanya karena kita merasa diberkati, melainkan karena Dia layak disembah dalam segala keadaan kita.
Oleh karena itu, kembali ke hati yang menyembah berarti mengambil keputusan untuk memusatkan kembali segalanya kepada Kristus. Ini adalah pertobatan hati, mengakui bahwa kita mungkin telah salah menjadikan penyembahan tentang diri kita, tentang pengalaman kita. Salah satu tantangan terbesar untuk memiliki hati yang menyembah adalah ketika kita membiarkan rutinitas dan kesibukan merenggut keintiman kita dengan Tuhan. Ini adalah hati yang sadar bahwa seluruh hidup adalah panggung penyembahan.
Mulailah untuk rutin dan secara teratur bersaat teduh, membaca dan merenungkan firmanNya dan memiliki jam-jam doa khusus untuk kita bersekutu denganNya. Kita diciptakan dan didesain untuk menjadi penyembah-penyembahNya.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan hati yang menyembah sebagai tujuan dalam perjalanan iman kita. Allah merindukan hati yang terus menerus memusatkan perhatian kepadaNya. Mulailah hari ini dengan pertanyaan sederhana: “apakah hati saya merindukan hadiratNya?”
Biarlah jawaban kita adalah kerinduan yang dalam akan hadiratNya, sehingga seluruh hidup kita menjadi sebuah korban penyembahan yang menyenangkan hatiNya.