BIJAK MEMPERSIAPKAN KELUARGA BARU

Posted by Admin 2025-06-23

blog-post-image

BIJAK MEMPERSIAPKAN KELUARGA BARU

Commander of Thousand – (Minggu 4 - Juni 2025)

Bahan Bacaan :

Amsal 18:22 "Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN."

Penjelasan Materi :

Guys, saat ini, di tengah dunia yang serba cepat, di mana hubungan bisa dimulai hanya dengan satu swipe di media sosial dan cinta sering diukur dari seberapa aesthetic feed Instagram seseorang, kita sebagai anak muda perlu berhenti sejenak dan bertanya: Apakah aku sedang mempersiapkan masa depanku dengan bijak, atau hanya ikut arus zaman? Kita hidup di era di mana cinta sering dipermainkan, komitmen dianggap membosankan, dan membangun keluarga dianggap sebagai proyek nanti-nanti saja. Tapi Alkitab mengajarkan prinsip yang jauh lebih dalam: membentuk keluarga bukan hanya soal perasaan hari ini, melainkan membangun dasar kehidupan yang akan bertahan seumur hidup. Karena itu, hari ini kita akan belajar bagaimana menjadi bijak mempersiapkan keluarga baru berdasarkan kebenaran firman Tuhan—agar kita tidak hanya punya kisah cinta yang indah di awal, tapi juga perjalanan hidup yang diberkati sampai akhir. :

Mentalitas Memberi vs Egois (Amsal 11:26) Di zaman sekarang, di mana budaya "self-love" sering disalahartikan menjadi "aku dulu, orang lain belakangan," Alkitab justru mengajarkan prinsip yang terbalik: hidup yang penuh berkat adalah hidup yang tahu memberi, bukan menahan. Ayat diatas, berkata bahwa orang yang menahan gandum dikutuki rakyat. Ini bukan sekadar soal makanan, tetapi soal hati yang pelit terhadap sesama. Dalam konteks mencari pasangan, ini berarti carilah seseorang yang terbiasa memberi: memberi perhatian, mendukung impian orang lain, dan melayani dengan tulus. Salah 1 Sifat Allah adalah Allah yang penuh dengan kemurahan hati (Mazmur 145:16; Yohanes 3:16)—kita dipanggil untuk mencerminkan karakter Allah ini dalam hubungan kita. Jadi perhatikan di dalam pergaulanmu: apakah dia suka berbagi berkat kecil, atau selalu memikirkan keuntungan dirinya sendiri? Karena kelak, dalam keluarga, sikap ini akan menentukan: keluarga masa depanmu akan jadi taman kasih atau medan perang ego.

Mengejar Karakter, Bukan Kekayaan (Amsal 11:27-28) Dunia kita mengajarkan bahwa kebahagiaan datang dari uang, status, atau popularitas. Tapi ayat ini, memperingatkan: mengandalkan kekayaan itu ibarat membangun rumah di atas pasir; cepat atau lambat akan runtuh. Manusia diciptakan untuk bergantung kepada Allah, bukan kepada harta (Matius 6:19-21). Sebagai anak muda, godaan untuk memilih pasangan berdasarkan popularitas, gaya hidup mewah, atau ketenaran itu nyata. Tapi Firman Tuhan memanggil kita untuk mencari "orang benar"—yang hidupnya berakar dalam kebenaran Tuhan, bukan dalam pencitraan dunia. Jadi dalam membangun suatu hubungan, jangan hanya tanya: "Dia sekaya apa?" tetapi tanyakan: "Seberapa dalam dia mengasihi Tuhan?" Karena ketika badai hidup datang, bukan saldo rekening yang akan menyelamatkan keluarga kita, melainkan iman yang kokoh di dalam Kristus.

Menciptakan Harmoni, Bukan Konflik (Amsal 11:29) memperingatkan bahwa orang yang mengacaukan rumahnya akan mewarisi angin—alias kehampaan. Dalam dunia sekarang, di mana drama, adu ego, dan "toxic relationship" dianggap normal, Firman Tuhan menunjukkan jalan yang berbeda: rumah tangga dibangun atas dasar damai sejahtera dan kasih yang saling menguatkan. Prinsip Kasih Kristus seperti dalam Kolose 3:15, harus memerintah dalam hati dan hubungan kita. Mari sejak muda, latihlah komunikasi yang sehat—belajar mendengar lebih banyak daripada bicara, menyelesaikan konflik dengan rendah hati, dan membangun kepercayaan, bukan curiga tanpa dasar. Seorang pasangan yang cepat marah, manipulatif, atau tidak mau bertumbuh dalam kerendahan hati akan membawa kehancuran, bukan kebahagiaan.

Guys, membangun masa depan yang sehat dan bahagia bukan sekadar tentang menemukan orang yang cocok di dunia maya atau viral di media sosial. Dunia bisa mengajarkan kita bahwa semua tentang "instant love" dan "perfect match," tapi Firman Tuhan mengajarkan bahwa membangun keluarga dimulai dari membangun karakter, memperdalam hubungan dengan Tuhan, dan memilih dengan hikmat, bukan sekadar perasaan sesaat. Jangan hanya cari pasangan untuk diajak "happy-happy," tapi carilah teman seperjalanan yang akan membantumu bertumbuh dalam kekudusan dan panggilan hidupmu. Ingat, masa depanmu bukan main-main; keluarga yang kita bangun hari ini adalah fondasi untuk generasi yang akan datang. Jangan sekadar ikut tren dunia—jadilah generasi yang berani memilih dengan hikmat surgawi, membangun bukan hanya cinta sesaat, tetapi rumah tangga yang berakar kuat di dalam kasih karunia Allah. Ini bukan perjalanan yang mudah, tetapi bersama Tuhan, masa depanmu akan jauh lebih indah dari semua impianmu.! Amin.

Bahan Diskusi:

"Apakah aku sedang membangun karakter yang siap menerima anugerah Tuhan dalam bentuk pasangan hidup, atau aku lebih sibuk mengejar standar dunia yang cepat dan dangkal?

"Kalau hari ini Tuhan menilai kesiapan hatiku untuk membangun keluarga, apakah Ia menemukan hati yang penuh kasih, kerendahan hati, dan iman—atau hati yang masih dipenuhi ego, ketakutan, dan ambisi pribadi?" (HE)